EDUKASI UNTUK
JAMBU
Di lingkungan rumah Stevan banyak sekali
orang yang tidak mengenyam pendidikan secara layak. Ya memang hidup mereka
terbilang pas-pasan, tapi bukan itu penyebab ketidakberdayaan mereka untuk
membayar uang sekolah. Perjudian dan hutang sana sini lah penyebabnya. Stevan
sangat tidak suka dengan kelakuan para tetangganya tersebut yang lebih
mementingkan kepentingan keluarga seperti berhutang membeli lemari, sofa atau
kulkas daripada membayar uang sekolah untuk pendidikan anak-anaknya.Mereka
berpikir bahwa sekolah hanya membuang-buang uang saja. Toh sudah banyak sarjana
diluar sana yang masih menganggur jadi buat apa menyekolahkan anak mereka hanya
untuk menjadi pengangguran. Padahal pemerintah sudah dengan sangat jelas
mencanangkan program sekolah 12 tahun Bahkan pemerintah pun mempermudah rakyat
yang kurang mampu dengan program dana BOS. Yah tapi apa mau dikata, pikiran
orang tidak bisa diubah dengan mudah walaupun sudah banyak diberikan
fakta-fakta yang berkaitan. Pikiran-pikiran picik seperti inilah yang sangat
dibenci oleh Stevan, siswa SMA berumur 17 tahun. Walaupun dirinya tidak
terlahir dari keluarga kaya tapi dia sangat mensyukuri apa yang dia punya
terutama orang tuanya yang sadar betul akan pentingnya pendidikan.
Perjudian selalu terjadi setiap
malam.Tidak ada yang menertibkan mereka yang bermain karena kepala RT-nya pun
ikut bermain. Endah, Ratih, Amat, Setyo dan Rian adalah nama-nama tetangga
Stevan yang orang tuanya tidak peduli dengan pendidikan begitu pula mereka.
Endah hanya bertahan hingga kelas 3 SD karena bosan dengan cara mengajar
gurunya. Ratih bertahan hingga kelas 2 SMP tapi kemudian dikeluarkan karena
terbukti hamil.Amat hanya bisa tahan selama 1 minggu di tingkat 1 SDnya karena
tidak tahan duduk berlama-lama.Setyo tidak pernah mengenyam pendidikan.
Sedangkan Rian lulus hingga SMP tapi tidak mau melanjutkan ke SMA karena
berpacaran dengan perempuan yang juga menganggap sekolah adalah kesialan.
Benar-benar lingkungan yang menyesatkan sebenarnya tapi Stevan memiliki tekad kuat
untuk tetap melanjutkan sekolah dan juga karena dorongan orangtuanya yang
sangat besar. Stevan adalah sesosok laki-laki remaja yang cukup tampan dengan
kulitnya yang coklat sawo matang namun bersih, matanya yang selalu berbinar,
potongan rambut yang rapi, gigi putih, berperawakan tegap dan tinggi tapi
tetangganya selalu menganggap bahwa dia adalah sosok yang sombong karena tidak
mau bergaul dengan anak lainnya. Bukan sombong tepatnya, Stevan hanya tidak mau
berurusan dengan mereka semua karena itu bisa merusak masa depannya. Pernah
suatu ketika Stevan bermain dengan ke-5 orang tersebut untuk mengajak mereka
kembali bersekolah tapi apa yang dia dapatkan? Dia hanya mendapat caci dan maki
dari mereka semua kecuali Ratih. Tapi apa yang diucapkan ratih jauh lebih
rendah dari teman-temannya karena dia mengajak Stevan untuk menidurinya dan
merasakan kenikmatan dunia yang tiada tara. Sejak saat itu tak pernah sekalipun
Stevan bertegur sapa dengan tetangganya.
Ayah dan ibunya membuka usaha sebuah
warung sederhana di pinggir jalan yang cukup strategis tepatnya di Jalan
Dinamis. Jalan ini adalah satu-satunya akses jalan menuju Kelurahan Persada dan
Puskesmas Sehati jadi banyak dilalui oleh orang-orang yang mempunyai
kepentingan ke kedua tempat tersebut.Mereka sudah membuka usaha ini selama
hampir 13 tahun. Tidak pernah ada kata keluhan yang terlontar dari mulut Ayah
dan Ibu Stevan. Mereka melakukan semua ini untuk membiayai ketiga anaknya agar
bisa menyukseskan program 12 tahun pendidikan Indonesia.Betapa beruntung dan
bangganya Stevan atas jasa-jasa yang diberikan oleh kedua orang tuanya. Dia
adalah anak pertama dari 3 bersaudara jadi wajar saja jika dia ingin membantu
meringankan beban orang tuanya dengan menjadi guru les privat untuk anak-anak
SD. Stevan tergolong anak yang cerdas di sekolah dan diapun mendapatkan
beasiswa full dari sekolahnya sehingga banyak orang tua yang menginginkan
anaknya diajar oleh Stevan. Hingga saat ini ada 5 anak yang diajar olehnya.Uang
hasil jerih payahnya tersebut dia tabung untuk dibelikan barang-barang yang
diinginkan oleh orang tuanya karena selama 13 tahun ini mereka berdua tidak
pernah menyenangkan perasaan mereka sendiri dengan membeli barang yang mereka
mau.Mereka malah menggunakan semua uangnya untuk keperluan ketiga anaknya bersekolah.Bertolak
belakang dengan tetangga-tetangga mereka.Tapi walaupun berbeda pendapat
mengenai pendidikan, mereka masih akrab dengan para tetangga karena sebenarnya
warga disini adalah orang baik jika tidak bersinggungan dengan pendidikan.
Tahun 2013 ini akan menjadi tahun
kelulusan bagi Stevan. Tidak ada seorang pun yang sibuk dengan buku menjelang
UN tiba kecuali Stevan.Ya karena memang tidak ada satu orang pun yang tersisa
yang mau sekolah di lingkungan sekitar rumahhnya.Memang jarak sekolah terbaik hanya
bisa dijangkau dengan naik angkutan umum sebanyak 3 kali dengan biaya total 15
ribu untuk perjalanan pulang pergi.Tetangganya yang manakah yang mau
mengeluarkan minimal 15 ribu untuk anaknya pergi ke sekolah?Jawabannya adalah
tidak ada.Uang 15 ribu bisa untuk dibelikan beras dan lauk ala kadarnya untuk
mengisi perut bukan untuk membeli ilmu.
Malam itu hujan turun sangat deras dan
petir saling sambar tapi hal ini tidak lantas membuat Stevan menarik selimutnya
dan tidur.Sebaliknya, dia malah sangat serius belajar agar bisa menjadi lulusan
terbaik dari sekolah yang telah memberinya beasiswa sebagai ucapan
terimakasihnya.Terdengar suara ketukan dari luar tapi tak diindahkan olehnya
karena dia pikir siapa yang bertamu lewat jendela dan dikeadaan malam yang sedang
hujan lebat seperti ini.Dia pun meneruskan belajar dan segera larut dalam
rumus-rumus yang sangat rumit sehingga tak mendengar bunyi ketukan dari jendela
yang sudah berulang kali berbunyi itu.Tak mau kalah, ketukan dari luar itu
semakin keras dan ketukan terakhir membuyarkan konsentrasi Stevan sehingga
dengan agak malas dia membuka jendela.Apa yang dilihatnya tak pernah dia
bayangkan sebelumnya, wanita tanpa busana berdiri sembari tersenyum kepadanya.
Dia segera menutup kembali daun jendelanya dan berusaha menenangkan dirinya
bahwa itu hanyalah halusinasi, itu bukanlah hantu juga bukan manusia. Tapi
sekali lagi rasa penasaran menghantuinya maka dengan sangat perlahan dia
membuka daun jendelanya dan ternyata wanita itu masih ada disana ditempat yang
sama dengan posisi berdiri yang sama dan tetap tanpa busana. Untuk beberapa
lama dia mengamati wanita tersebut dan menyadari bahwa sosok itu adalah Ratih.
Segera dia tutup kembali jendela dan memfokuskan diri untuk belajar tapi tidak
bisa karena dia masih bertanya-tanya apa yang sedang dilakukan oleh perempuan
binal itu di depan kamarnya. Lelah dengan pikirannya sendiri Stevan pun
menyerah dan memutuskan untuk tidur.
Keesokan harinya mayat wanita tanpa busana
ditemukan didepan kamarnya.Penyebab pastinya belum diketahui karena mayat ini
harus dibawa ke rumah sakit untuk diautopsi. Sementara itu warga menuduh Stevan
adalah pembunuhnya karena wanita itu mati di depan kamarnya. Banyak rumor lain
yang mengatakan bahwa Stevan juga adalah seorang laki-laki yang bisa kalah
kepada nafsu birahinya maka dimalam hujan lebat itu dia memanggil Ratih dan
menidurinya kemudian setelah puas berniat membunuhnya dalam kamar agar tidak
ada yang tahu tapi Ratih kabur dan mati menggigil karena hujan sangat deras
pada malam itu. Mendengar banyaknya gossip seperti itu tentang anaknya sang ibu
pun menanyakan kebenaran dari si anak langsung. Ini adalah kali pertama Si Ibu
meragukan Stevan.Tapi setelah Stevan memberi beberapa penjelasan rasional
mengenai gossip-gossip tersebut akhirnya Si Ibu percaya sepenuhnya kepada
Stevan dan meminta maaf karena meragukannya kali ini.
Warga tetap bersikukuh dengan argument
mereka bahwa Stevan adalah pembunuhnya. Diketuai oleh Pak RT Diman, para warga
berbondong-bondong datang kerumah Ibu Ria dan Bapak Remon yang tidak lain
adalah orangtua Stevan sambil meneriakan kata “Bakar”. Tak lama kemudian
rombongan tersebut sampai di kediaman Stevan dan menyuruh anak muda itu untuk
keluar yang diwakili oleh Pak RT Diman. Kelima anggota keluarga itu pun keluar
dan bingung dengan apa yang sedang terjadi. Pak RT pun menjelaskan bahwa
kedatangan mereka kesini adalah untuk menghukum Stevan karena telah membunuh
Ratih.Stevan menyangkal bahwa dia tidak bersalah dan tidak melakukan apapun
kepada wanita itu.Tapi ada warga dari rombongan itu yang menyauti bahwa mereka
sudah pergi ke “orang pintar” dan dari keterangan orang pintar itu mereka mendapatkan
jawaban bahwa memang benar Stevanlah yang membunuh Ratih.Sebagai orang yang
berpendidikan Ayah Stevan membela anaknya dan mengatakan bahwa belum ada bukti
pasti mengenai kematian Ratih, apakah dia dibunuh atau tidak, jadi tidak ada
yang bisa dihakimi disini. Lagipula jasad Ratih sedang diautopsi dan hasilnya
baru akan keluar besok. Tapi warga sudah terlanjur kalut dan mengangkat Stevan
sekuat tenaga dan membawanya ke lapangan.Disana dia dipukuli oleh warga yang
marah hingga tidak mampu berdiri, wajah dan sekujur badannya lebam-lebam, darah
menyeruak dari mulutnya. Orangtua dan adik-adik Stevan menangis dan menjerit
melihat perlakuan warga yang begitu brutal terhadap anak sulungnya tapi tidak
mampu melakukan apapun karena tangan mereka pun dipegangi dengan sangat erat
oleh warga yang lain. Setelah puas warga pun berhenti dan meninggalkan satu keluarga itu di lapangan. Orangtua
Stevan hanya bisa menyayangkan kejadian ini karena mereka berpikir ini adalah
hasil dari keabsenan mereka dari bangku pendidikan sehingga tidak mampu
berpikir rasional.
Hasil autopsi pun sudah keluar dari Rumah
Sakit yang berada belasan kilometer dari Kampung Jambu ini.Pak Diman selaku
ketua RT menerima hasil tersebut dan membukanya. Dia membacakan dengan lantang
apa hasil dari autopsi tersebut. Ternyata Ratih meninggal bukan karena
pembunuhan tapi karena di dalam tubuhnya ada racun tikus yang ditemukan. Stevan
berteriak dengan senang dan mengatakan kepada warga bahwa dirinya bukanlah
pembunuh sekaligus meminta tolong agar para warga di Kampung Jambu ini mau
mengenyam pendidikan sehingga tau cara menyelesaikan masalah yang baik dan
dapat berpikir lebih rasional. Sekaligus untuk membantu pembangunan Sumber Daya
Manusia di Indonesia agar lebih berkualitas.
0 komentar:
Posting Komentar