Jumat, Oktober 25, 2013
0


                                                        EDUKASI UNTUK JAMBU

Di lingkungan rumah Stevan banyak sekali orang yang tidak mengenyam pendidikan secara layak. Ya memang hidup mereka terbilang pas-pasan, tapi bukan itu penyebab ketidakberdayaan mereka untuk membayar uang sekolah. Perjudian dan hutang sana sini lah penyebabnya. Stevan sangat tidak suka dengan kelakuan para tetangganya tersebut yang lebih mementingkan kepentingan keluarga seperti berhutang membeli lemari, sofa atau kulkas daripada membayar uang sekolah untuk pendidikan anak-anaknya.Mereka berpikir bahwa sekolah hanya membuang-buang uang saja. Toh sudah banyak sarjana diluar sana yang masih menganggur jadi buat apa menyekolahkan anak mereka hanya untuk menjadi pengangguran. Padahal pemerintah sudah dengan sangat jelas mencanangkan program sekolah 12 tahun Bahkan pemerintah pun mempermudah rakyat yang kurang mampu dengan program dana BOS. Yah tapi apa mau dikata, pikiran orang tidak bisa diubah dengan mudah walaupun sudah banyak diberikan fakta-fakta yang berkaitan. Pikiran-pikiran picik seperti inilah yang sangat dibenci oleh Stevan, siswa SMA berumur 17 tahun. Walaupun dirinya tidak terlahir dari keluarga kaya tapi dia sangat mensyukuri apa yang dia punya terutama orang tuanya yang sadar betul akan pentingnya pendidikan. 

Perjudian selalu terjadi setiap malam.Tidak ada yang menertibkan mereka yang bermain karena kepala RT-nya pun ikut bermain. Endah, Ratih, Amat, Setyo dan Rian adalah nama-nama tetangga Stevan yang orang tuanya tidak peduli dengan pendidikan begitu pula mereka. Endah hanya bertahan hingga kelas 3 SD karena bosan dengan cara mengajar gurunya. Ratih bertahan hingga kelas 2 SMP tapi kemudian dikeluarkan karena terbukti hamil.Amat hanya bisa tahan selama 1 minggu di tingkat 1 SDnya karena tidak tahan duduk berlama-lama.Setyo tidak pernah mengenyam pendidikan. Sedangkan Rian lulus hingga SMP tapi tidak mau melanjutkan ke SMA karena berpacaran dengan perempuan yang juga menganggap sekolah adalah kesialan. Benar-benar lingkungan yang menyesatkan sebenarnya tapi Stevan memiliki tekad kuat untuk tetap melanjutkan sekolah dan juga karena dorongan orangtuanya yang sangat besar. Stevan adalah sesosok laki-laki remaja yang cukup tampan dengan kulitnya yang coklat sawo matang namun bersih, matanya yang selalu berbinar, potongan rambut yang rapi, gigi putih, berperawakan tegap dan tinggi tapi tetangganya selalu menganggap bahwa dia adalah sosok yang sombong karena tidak mau bergaul dengan anak lainnya. Bukan sombong tepatnya, Stevan hanya tidak mau berurusan dengan mereka semua karena itu bisa merusak masa depannya. Pernah suatu ketika Stevan bermain dengan ke-5 orang tersebut untuk mengajak mereka kembali bersekolah tapi apa yang dia dapatkan? Dia hanya mendapat caci dan maki dari mereka semua kecuali Ratih. Tapi apa yang diucapkan ratih jauh lebih rendah dari teman-temannya karena dia mengajak Stevan untuk menidurinya dan merasakan kenikmatan dunia yang tiada tara. Sejak saat itu tak pernah sekalipun Stevan bertegur sapa dengan tetangganya.

Ayah dan ibunya membuka usaha sebuah warung sederhana di pinggir jalan yang cukup strategis tepatnya di Jalan Dinamis. Jalan ini adalah satu-satunya akses jalan menuju Kelurahan Persada dan Puskesmas Sehati jadi banyak dilalui oleh orang-orang yang mempunyai kepentingan ke kedua tempat tersebut.Mereka sudah membuka usaha ini selama hampir 13 tahun. Tidak pernah ada kata keluhan yang terlontar dari mulut Ayah dan Ibu Stevan. Mereka melakukan semua ini untuk membiayai ketiga anaknya agar bisa menyukseskan program 12 tahun pendidikan Indonesia.Betapa beruntung dan bangganya Stevan atas jasa-jasa yang diberikan oleh kedua orang tuanya. Dia adalah anak pertama dari 3 bersaudara jadi wajar saja jika dia ingin membantu meringankan beban orang tuanya dengan menjadi guru les privat untuk anak-anak SD. Stevan tergolong anak yang cerdas di sekolah dan diapun mendapatkan beasiswa full dari sekolahnya sehingga banyak orang tua yang menginginkan anaknya diajar oleh Stevan. Hingga saat ini ada 5 anak yang diajar olehnya.Uang hasil jerih payahnya tersebut dia tabung untuk dibelikan barang-barang yang diinginkan oleh orang tuanya karena selama 13 tahun ini mereka berdua tidak pernah menyenangkan perasaan mereka sendiri dengan membeli barang yang mereka mau.Mereka malah menggunakan semua uangnya untuk keperluan ketiga anaknya bersekolah.Bertolak belakang dengan tetangga-tetangga mereka.Tapi walaupun berbeda pendapat mengenai pendidikan, mereka masih akrab dengan para tetangga karena sebenarnya warga disini adalah orang baik jika tidak bersinggungan dengan pendidikan.

Tahun 2013 ini akan menjadi tahun kelulusan bagi Stevan. Tidak ada seorang pun yang sibuk dengan buku menjelang UN tiba kecuali Stevan.Ya karena memang tidak ada satu orang pun yang tersisa yang mau sekolah di lingkungan sekitar rumahhnya.Memang jarak sekolah terbaik hanya bisa dijangkau dengan naik angkutan umum sebanyak 3 kali dengan biaya total 15 ribu untuk perjalanan pulang pergi.Tetangganya yang manakah yang mau mengeluarkan minimal 15 ribu untuk anaknya pergi ke sekolah?Jawabannya adalah tidak ada.Uang 15 ribu bisa untuk dibelikan beras dan lauk ala kadarnya untuk mengisi perut bukan untuk membeli ilmu.

Malam itu hujan turun sangat deras dan petir saling sambar tapi hal ini tidak lantas membuat Stevan menarik selimutnya dan tidur.Sebaliknya, dia malah sangat serius belajar agar bisa menjadi lulusan terbaik dari sekolah yang telah memberinya beasiswa sebagai ucapan terimakasihnya.Terdengar suara ketukan dari luar tapi tak diindahkan olehnya karena dia pikir siapa yang bertamu lewat jendela dan dikeadaan malam yang sedang hujan lebat seperti ini.Dia pun meneruskan belajar dan segera larut dalam rumus-rumus yang sangat rumit sehingga tak mendengar bunyi ketukan dari jendela yang sudah berulang kali berbunyi itu.Tak mau kalah, ketukan dari luar itu semakin keras dan ketukan terakhir membuyarkan konsentrasi Stevan sehingga dengan agak malas dia membuka jendela.Apa yang dilihatnya tak pernah dia bayangkan sebelumnya, wanita tanpa busana berdiri sembari tersenyum kepadanya. Dia segera menutup kembali daun jendelanya dan berusaha menenangkan dirinya bahwa itu hanyalah halusinasi, itu bukanlah hantu juga bukan manusia. Tapi sekali lagi rasa penasaran menghantuinya maka dengan sangat perlahan dia membuka daun jendelanya dan ternyata wanita itu masih ada disana ditempat yang sama dengan posisi berdiri yang sama dan tetap tanpa busana. Untuk beberapa lama dia mengamati wanita tersebut dan menyadari bahwa sosok itu adalah Ratih. Segera dia tutup kembali jendela dan memfokuskan diri untuk belajar tapi tidak bisa karena dia masih bertanya-tanya apa yang sedang dilakukan oleh perempuan binal itu di depan kamarnya. Lelah dengan pikirannya sendiri Stevan pun menyerah dan memutuskan untuk tidur.

Keesokan harinya mayat wanita tanpa busana ditemukan didepan kamarnya.Penyebab pastinya belum diketahui karena mayat ini harus dibawa ke rumah sakit untuk diautopsi. Sementara itu warga menuduh Stevan adalah pembunuhnya karena wanita itu mati di depan kamarnya. Banyak rumor lain yang mengatakan bahwa Stevan juga adalah seorang laki-laki yang bisa kalah kepada nafsu birahinya maka dimalam hujan lebat itu dia memanggil Ratih dan menidurinya kemudian setelah puas berniat membunuhnya dalam kamar agar tidak ada yang tahu tapi Ratih kabur dan mati menggigil karena hujan sangat deras pada malam itu. Mendengar banyaknya gossip seperti itu tentang anaknya sang ibu pun menanyakan kebenaran dari si anak langsung. Ini adalah kali pertama Si Ibu meragukan Stevan.Tapi setelah Stevan memberi beberapa penjelasan rasional mengenai gossip-gossip tersebut akhirnya Si Ibu percaya sepenuhnya kepada Stevan dan meminta maaf karena meragukannya kali ini.

Warga tetap bersikukuh dengan argument mereka bahwa Stevan adalah pembunuhnya. Diketuai oleh Pak RT Diman, para warga berbondong-bondong datang kerumah Ibu Ria dan Bapak Remon yang tidak lain adalah orangtua Stevan sambil meneriakan kata “Bakar”. Tak lama kemudian rombongan tersebut sampai di kediaman Stevan dan menyuruh anak muda itu untuk keluar yang diwakili oleh Pak RT Diman. Kelima anggota keluarga itu pun keluar dan bingung dengan apa yang sedang terjadi. Pak RT pun menjelaskan bahwa kedatangan mereka kesini adalah untuk menghukum Stevan karena telah membunuh Ratih.Stevan menyangkal bahwa dia tidak bersalah dan tidak melakukan apapun kepada wanita itu.Tapi ada warga dari rombongan itu yang menyauti bahwa mereka sudah pergi ke “orang pintar” dan dari keterangan orang pintar itu mereka mendapatkan jawaban bahwa memang benar Stevanlah yang membunuh Ratih.Sebagai orang yang berpendidikan Ayah Stevan membela anaknya dan mengatakan bahwa belum ada bukti pasti mengenai kematian Ratih, apakah dia dibunuh atau tidak, jadi tidak ada yang bisa dihakimi disini. Lagipula jasad Ratih sedang diautopsi dan hasilnya baru akan keluar besok. Tapi warga sudah terlanjur kalut dan mengangkat Stevan sekuat tenaga dan membawanya ke lapangan.Disana dia dipukuli oleh warga yang marah hingga tidak mampu berdiri, wajah dan sekujur badannya lebam-lebam, darah menyeruak dari mulutnya. Orangtua dan adik-adik Stevan menangis dan menjerit melihat perlakuan warga yang begitu brutal terhadap anak sulungnya tapi tidak mampu melakukan apapun karena tangan mereka pun dipegangi dengan sangat erat oleh warga yang lain. Setelah puas warga pun berhenti dan meninggalkan  satu keluarga itu di lapangan. Orangtua Stevan hanya bisa menyayangkan kejadian ini karena mereka berpikir ini adalah hasil dari keabsenan mereka dari bangku pendidikan sehingga tidak mampu berpikir rasional.

Hasil autopsi pun sudah keluar dari Rumah Sakit yang berada belasan kilometer dari Kampung Jambu ini.Pak Diman selaku ketua RT menerima hasil tersebut dan membukanya. Dia membacakan dengan lantang apa hasil dari autopsi tersebut. Ternyata Ratih meninggal bukan karena pembunuhan tapi karena di dalam tubuhnya ada racun tikus yang ditemukan. Stevan berteriak dengan senang dan mengatakan kepada warga bahwa dirinya bukanlah pembunuh sekaligus meminta tolong agar para warga di Kampung Jambu ini mau mengenyam pendidikan sehingga tau cara menyelesaikan masalah yang baik dan dapat berpikir lebih rasional. Sekaligus untuk membantu pembangunan Sumber Daya Manusia di Indonesia agar lebih berkualitas.


0 komentar:

Posting Komentar