oleh:
Fariza Aulia Jasmine
10 Desember 2003, Gabriel dan queen tengah menikmati permainan Bola Basket di suatu arena permainan yang berada dalam sebuah Mall yang cukup besar dan tidak pernah lepas dengan suasana keramaian. Orang tua mereka begitu sibuk mengambil gambar mereka berdua dengan kamera “Kodak” yang berisi full filem didalamnya. Queen, Gadis cantik berusia 7 tahun itu terlihat cantik dengan Dress berwarna pastel, renda-renda kecil yang menari-nari di bagian perutnya itu terlihat begitu anggun, Bando putih dg sedikit pernak-pernik yang menghiasi rambut panjang tergerainya terlihat seperti tuan putri istana kerajaan, dan bibirnya yang kecil berwarna merah muda alami sering kali terlihat memukau saat menyunggingkan senyumnnya. Gabriel tidak pernah lepas merangkul adiknya tersebut sedetik pun.
Ya, Gabriel adalah Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun yang merupakan kakak kandung dari gadis cantik, Queen. Dengan kaos T-shirt hitam favoritenya yang selalu ia kenakan, begitu kontras dengan bola matanya yang keabu-an. Gabriel sangat mennyayangi adiknya itu, bagaimana tidak mereka berdua lahir di tanggal dan bulan yang sama, yaitu 22 oktober. Sebelum kehadiran Queen seperti saat ini yang begitu bermakna untuk Gabriel, sebelumnya ia sempat merasa bahwa bahwa Queen akan merenggut perhatian dan kasih sayang Orangtuanya kepadanya, terutama Ibunya. Ibu Gabriel merupakan seorang wanita yang yang berparas cantik, begitu keibuan, dan tidak pernah membiarkan sedikit waktu berlalu untuk tidak memperhatikan Gabriel. Gabriel merasakan bahwa Ibunya begitu menyayanginya.
Saat Queen lahir ia pernah tidak menerima kehadirannya secara hangat. Namun, hari demi hari, waktu demi waktu pun terus berlalu, Gabriel sadar bahwa betapa miripnya Queen dengan Ibunda tercintanya. Seorang Ibu yang melahirkan dia, yang begitu menyayangi buah hatinya. Kemiripan Queen dg Ibunya terletak pada Bola Mata dan Bibirnya. Bola mata Queen berwarna hitam kecokelatan dan bibir nya yang kecil dan tipis begitu terlihat sempurna ketika tersenyum.
30 Desember 2003, Gabriel sekeluarga tangah berlibur akhir tahun di Bali. Gabriel begitu merasa sangat senang. Karena Gabriel memang menyukai pantai dan hal yang selalu ia lakukan adalah membuat Replika gambar Ibunya, Queen dan terkadang Ayahnya juga. Saat mereka begitu menikmati liburan mereka tiba-tiba saja Queen terserang Demam yang cukup tinggi. Mereka pun memutuskan kembali ke penginapan agar dapat merawat Queen secara cukup baik. Sang ayah yang tengah sibuk mengurus penginapan, dan Ibunya sedang menghubungi Seorang Dokter yang akan memeriksa Queen. Gabriel pun di berik Amanah oleh Ayahnya bahwasannya dia harus tetap menjaga Queen di dalam penginapan sampai Ayah dan Ibunya kembali.
Tanpa disadari Bando putih tuan puteri Queen tertinggal di pantai. Queen yang begitu manis dan manja memohon kepada sang kakak agar mengambilkan Bandonya itu. Gabriel yang begitu menyayangi adiknya itu pun dengan mudahnya luluh dan menanggapai baik permintaan Adiknya itu. Saat Gabriel sudah berada di luar penginapan dan akan menuju ke pantai yang letaknya tidak jauh dari penginapan, ia melihat Ibunya sedang turun dari taksi bersama Dokter yang akan memeriksa Queen. Gabriel pun bergegas menghampiri Ibunya itu, Namun ada seorang laki-laki gagah yang berjalan dengan cepat kea rah Ibunya itu sampai Gabriel terjatuh. Ternyata orang itu mencoba menjambret sang Dokter . Dengan sigap Gabriel pun mendorong penjambret itudengan sekuat tenaga, sayang otot-otot kecil anak berusia 10 tahun tidak cukup kuat untuk mendorongnya.
Dalam suasana kepanikan, Ibu Gabriel hanya bisa berteriak minta pertolongan. Namun, karena waktu semakin sore seketika pantai dan sekitarnya pun sudah terlihat sepi tak bertuan.
Dengan amarah sang penjambret yang telah dicoba didorong oleh anak berusia 10 tahun, penjambret itu mengeluarkan benda tajam dari saku yang terbungkus kusut dengan kain yang lusuh dan mengarahkannya pada Gabriel. Gabriel yang merupakan anak pemberani itu tetap mencoba melawannya dengan mendorong untuk kedua kalinya sang jambret itu. Kali ini Gabriel berhasil mendorongnya. Namun, naas….. Banda tajam itu langsung mengenai bagian perut Ibu Gabriel yang mencoba untuk menyelamatkan Gabriel.
Darah segar pun bercucuran deras dari perut sang Ibu dengan Pisau yang masih menancap di perut Ibunya itu. Seketika Gabriel yang sempat merasakan bangga dapat membela diri dari seorang penjambret kini musnah sudah. Gabriel diam seribu bahsa melihat Ibunya terbaring tak berdaya. Sang dokter pun datang menghampiri Ibu Gabriel. Dan penjambret itu, hilang dalam sekejap….
31 Desember 2003, Suara Adzan berkumandang dari dalam liang lahat. Tidak lama kemudian tertimbunlah tanah hingga membentuk suatu pusara makam yang lengkap denga Batu Nisan bertuliskan Ryanti, Lahir 15 Mei 1970, Wafat 31 Desember 2003. Tanggal yang tidak akan pernah Gabriel lupakan seumur hidupnya. Bahkan sebenarnya pokok permasalahan dalam benak Gabriel bukanlah ini, melainkan Sikap dan raut wajah dari adik kesayangannya Queen yang begitu berbeda 180 derajat. Gabriel merasa bersalah sekali, ia begitu merasakan kehancuran yang mendalam di usianya yang begitu terbilang belia. Gabriel tiada hentinya meneteskan airmata akan apa yang tengah terjadi saat ini. Sang Ayah hanya bisa termenung dan berdoa untuk Almarhumah. Ya, sang Ayah jauh lebih dapat menerima keadaan semua ini yang membuat Gabriel merasa sedikit lebih baik.
Pemakaman pun selesai, semua orang satu per satu beranjak meninggalkan pemakaman. Gabriel tidak berani untuk menoleh kearah manapun. Ia terus terpaku ke arah Batu Nisa yang bertuliskan nama Ibunya itu. Gabriel tidak cukup kuat untuk melihat wajah sang Ayah dan terlebih Queen. Semua orang yang berinteraksi di sekitarnya tidak Gabriel hiraukan sedikitpun. Waktu semakin sore, Gabriel masih terpaku di pusara makam sang Ibu. Ia baru menyadari bahwa di Pemakaman tinggalah dia seorang dan seorang sopir yang menunggu kedatangan Gabriel untuk langsung bergegas pulang ke rumah.
Gabriel begitu membenci dirinya, dengan penuh air mata dan emosi Gabriel memaki-maki dirinya di dalam hati. Terlintas sejenak keinginan Ia untuk pergi dari dunianya saat ini. Menurutnya, ia tak akan bisa hidup tanpa adany kasih sayang dan perhatian dari sang Ibu, dan apalagi saat ini Queen gadis cantik yang paling ia sayangi bersikap yang cukup membuat Gabriel begitu rapuh.
Hembusan angin malam begitu menusuk dan menggigit tubuh Gabriel, rasa lapar yang begitu terasa mencekam perutnya. Gabriel tidak tahu dia harus berbuat apa di waktu non-produktif seperti ini. Bahkan ia tidak tahu dimana ia saat ini. Hidup Gabriel sebagai anak berusia 10 tahun saat ini seperti menangkap cahaya yang tidak benderang dan juga tak redup, Abu-abu. Tiba-tiba datanglah seorang Pria dewasa yang mengucapkan salam begitu sopan kepadanya.
1 Januari 2004, Di tahun, Hari, dan Tanggal yang baru itu Ayah Gabriel begitu panic dengan perginya seorang anak laki-laki sulung yang tampan dan pemberani. Ayahnya telah mencoba mencari kemana pun namun hasillnya Nihil. Disaat seorang Ayah begitu merasa kesulitan mencari buah hatinya yang menghilang, anak perempuan bungsunya tidak pernah sekalipun mendukung usaha Ayahnya itu. Hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun silih berganti Gabriel belum juga ditemukan.
22 Oktober 2013, Sebuah pondok dengan para santri yang pintar, sopan, shaleh, dan shaleha itu mengadakan kontes membaca Al-Quran terbaik. Noah, laki-laki berusia 22 tahun salah satu santri terbaik di pondok tersebut selalu memenangkan kontes tersebut. Noah cukup sombong dengan apa yang ia raih saat ini. Akan tetapi sikap ia seperti inni agar memotivasi sahabatnya agar bisa bangkit dari masa lalunya dan bisa meraih apa yang dicitakannya. Sahabatnya itu adalah Gabriel.
Gabriel mencoba menaiki podium panggung yang sudah disiapkan dengan begitu sempurna. Tiba-tiba ia tersadar bahwa hari ini adalah hari Ulang tahunnya. Dengan mata berlinang yang begitu membuat mata Abu-abunya terlihat seperti lapisan berlian yang begitu bersinar. Ia teringat dengan kejadia 10 tahun yang lalu dimana ia masih hidup dengan keluarga yang harmonis yang begitu ia cintai. Queen, gadis cantik bermata cokelat seperti ibunya pastilah sudah beranjak dewasa. Gabriel kini genap 20 tahun dan berarti Queen sudah 17 tahun. Air mata Gabriel tidak dapat dibendung lagi dan jatuh tetes demi tetes dan menjadi linangan air mata yang begitu dalam.
Para audiens yang menyaksikan Gabriel di atas podium heran, Ada apa dengan Gabriel, Apa yang tengah terjadi dengannya. Gabriel sadar bahwa ia terlalu lama berdiri terdiam diatas podium. Dia pun akan memulai membaca Al-Quran. Namun, sebelum Gabriel memulainya ia berbisik dalam hati, Bahwasannya ia memenangkan kontes ini ia akan memberanikan diri untuk mencari dan menemui Quenn dan Ayahnya.
Para audiens begitu bersorak gembira tatkala sang pembawa acara menyebutkan nama para pemenang dari kontes ini. Noah, sahabat Gabriel yang menjadi juara bertahan disebut sebagai pemenang kedua. Dan pemenang pertamanya adalah Gabriel. Gabriel begitu heran bagaimana bisa ia dinyatakan sebagai pemenang dan mengalahkan sahabatnya yang begitu Faseh membaca Al-Quran.
31 Desember 2013, Gabriel membawa 1 lembar photo masa kecilnya bersama Almarhumah ibunya dengan bingkai yang menghiasi begitu terlihat elegan. Tak lupa ia juga membawa satu rangkai bunga mawar putih kesukaan Ibunnya. Ia letakkan semua itu diatas pusara makam Ibunya yang terlihat terawat dan indah. Setelah ia membaca Al-Fatihah dan ditambahi dengan Ayat-ayat suci Al-Quran lainnya. Ia kembali meneteskan air mata dan jatuh tepat di atas makam ibunya. Ia merasa sebagai seorang pecundang yang baru memiliki keberanian selama 10 tahun untuk berziarah ke makam Ibunya.
Tiba-tiba tangan halus nan anggun menepuk bahu Gabriel, dengan cepat Gabriel menoleh akan tetapi ia terlihat begitu tercengang dengan sosok yang ada dihadapannya saat ini, Ia tidak mengenalinya akan tetapi hatinya begitu terasa hangat saat menatapnya. Gadis remaja yang cantik, dengan Hijab yang menutupi rambutnya dan menghiasi kepalanya begitu kasual. Gadis itu langsung memeluk Gabriel dengan erat tanpa mau dilepas sedetikpun. Gabriel melepaskan pelukan penuh kasih tersebut secara paksa, dan menatap gadis itu. Matanya…. Mata yang hitam kecokelatan seperti mata Ibunya yang elegan. Gabriel kembali terdiam, namun ia yang berganti memeluk gadis tersebut sambil mengucapkan Syukur kepada yang Maha Kuasa.
0 komentar:
Posting Komentar