oleh:
SM. Dianita Intan Permatasari - 44112120042
Aiko gadis berusia 17th,seorang penderita Thalasemia mayor.penyakit ini merupakan sebuah penyakit genetika,yang diturunkan oleh orang tua kepada anaknya sejak dalam kandungan.penyakit dimana umur erotrosit lebih pendek daripada umur normalnya. Seperti kebanyakan penderita thalassemia lainnya Aiko bertubuh kecil,kurus,warna kulitnya yang sekilas terlihat kuning,tulang pipih dan dahinya sedikit menonjol,rambutnya yang lurus selalu disisirnya dengan rapi membuat terlihat semakin halus dan lembut.
Alvin seorang teman sekelas Aiko,yang sudah lama Ia sukai,namun pria ini cuek terhadap Aiko. Meirin sahabat Aiko sejak di bangku SMP, yang pernah memberikan sebuah buku Diary kepada Aiko. Sebuah buku yang terasa merubah segalanya.
Buku diary ini Aiko dapatkan ketika Ia berulang tahun yang ke 17th, usai Ia merayakan ulang tahunnya,ketika beranjak tidur Ia menuliskan catatan kecil dalam buku diary itu,sebuah pengharapan tentang Alvin. Yang tak disangka-sangka oleh Aiko,Alvin seorang pemuda yang tadinya bersikap biasa saja terhadap Aiko,tiba-tiba saja berubah,menjadi pria yang menyenangkan,dan rela keluar dari kelompok belajarnya Cuma demi Aiko yang tak memiliki teman untuk berdiskusi di kelas saat itu. Aiko merasa bahagia akan hal itu,Ia lebih bersemangat dalam mengerjakan tuga kelompok itu. Perhatian Alvin kala itu membuat Aiko sangat nyaman,rasanya ingin Ia hentikan sang waktu.
Kegiatan di sekolah hari itu berakhir,satu persatu siswa meninggalkan kelas itu,seperti biasa Aiko menjadi siswi yang pulang lebih lama,Ia menantikan kedatangan Ayahnya untuh menjemputnya,Ayah Aiko takpernah mengijinkan Aiko pulang sendiri, Aiko melihat Alvin yang masih sibuk merapikan buku-buku tugas milik anak-anak di kelas.
Aiko melihat pesan dari Hpnya,tanda kalau Ayahnya sudah ada di depan untuk menjemputnya,Ia pun segera beranjak pergi dari tempat itu,namun tiba-tiba saja kepalanya terasa berat,badannya terasa lemah untuk berjalan,kaki kecilnya terasa tak mempu lagi menopang tubuhnya yang ringkih,Ia terjatuh,Ia tak bisa berteriak,hanya isak tangis yang meluncur dari bibir mungilnya,Alvin berlari menghampiri Aiko,diangkatnya tubuh kecil itu. Ayah Aiko terkejut melihat apa yang terjadi,Ia mengajak Alvin untuk ikut dengannya ke sebuah rumah sakit swasta.
Dirumah sakit Infus dan beberapa peralatan medis lainnya telah terpasang di tubuh mungil Aiko,Alvin menghampiri Aiko yang tergeletak tak berdaya,menyentuh jemari Aiko yang mungil dan terasa basah oleh peluh keringat,disentuhnya rambut Aiko dan memeluknya.
Jam berdering,Meirin terbangun. Keringat mengalir deras dari tubuhnya.Ia bingung akan apa yang baru saja Ia impikan,Ia menangis.mengambil motor dan melaju dengan kencangnya. Berhentilah Ia di sebuah pemakaman dia berlari menuju sebuah makam dengan sebuah nisan bertuliskan “Aiko Marifanti 06-04-1995 - 17-03-2012” ,isak tangisnya memecah keheningan tempat itu,hanya penyesalan yang kini menghantuinya. Penyesalan atas perlakuannya yang dirasa tak begitu memperhatikan Aiko yang Ia bangga-banggakan sebagai sahabat terbaiknya.
0 komentar:
Posting Komentar