Jumat, Oktober 25, 2013
0


Taman kupu-kupu ini awal dari kekuatanku, semangat dan perjuangan hidup. Taman kupu-kupu adalah sebuah taman di sudut kota dekat dengan supermarket tempatku bekerja. Sebenarnya yang selintas dipikiranku mungkin sama dengan mereka yang baru saja mendengar nama taman ini. Banyak kupu-kupu disini. Tapi bukan itu alasannya mengapa  mereka menamai taman ini sebagai taman kupu-kupu. Entahlah mengapa menamainya taman kupu-kupu, jangankan satu kupu-kupu yang kulihat berlalu lalang, yang kutemukan hanya muda mudi berserakan mojok disana-sini.

 Aku hanyalah seorang pramuniaga yang bekerja di supermarket itu. Memang aku bosan dengan tempat itu, tapi apa boleh buat? Adikku harus tetap makan dan melanjutkan sekolahnya. Aku yatim piatu, orang tuaku meninggal saat si jago merah melalap rumah mewah kami, tak ada satu barang pun yang tersisa. 

                Siang itu taman kupu-kupu tidak terlihat begitu ramai. Hanya beberapa tukang sapu jalan dan tukang sampah yang berlalu lalang disana membereskan sisa-sisa sampah yang berserakan akibat hujan dan angin kencang yang mengguyur kotaku semalam. Yang menyita perhatianku adalah gadis muda dengan tas punggung merah yang sering duduk sendiri di taman. Dan waktu ia muncul adalah tepat pukul enam sore. Aku kira itu aneh, aku yang membayangkannya sempat bergidik ngeri ketika yang terlintas adalah gadis jadi-jadian. Tapi apa mungkin makhluk seperti itu bisa keluar dengan rutinitas pukul enam sore? Dan berganti pakaian? Aku pikir hantu tak mungkin bekerja paruh waktu untuk bisa membeli baju dan bergonta ganti setiap harinya. 

                Sudah sebulan aku mengenal Cheryl, dan terkadang aku mencuri waktu tiga puluh menit untuk bertemu dengannya di saat shift malamku. Kami semakin dekat dan ia banyak bercerita tentangnya. Berbeda dengan kehidupanku sekarang,  Ternyata ia tumbuh dalam keluarga yang berkecukupan. Ayahnya dokter dan ibunya seorang penulis. Aku banyak tahu tentang dia selama sebulan ini. Satu yang belum kuketahui, mengapa ia harus pergi malam dan pulang sebelum matahari terbit? Apa ia dikekang orang tuanya sehingga ia hanya bisa “kabur” di malam hari? Tapi rupanya ayah Cheryl bukan tipe seperti itu. Ibunya pun baik hati, aku sudah tiga kali mengunjungi rumahnya. Dan aku rupanya telah merasakan jatuh cinta padanya. Malam itu aku menemuinya. Menyatakan perasaanku, dan menanyakan pertanyaan yang mengganjal dalam hatiku. Akhirnya terjawablah. Tak disangka ternyata ia sakit. Sakit yang membuatnya merasa hidup dalam kegelapan. Dalam tubuhnya tak ada sistem imun. Sehingga ia sensitif terhadap cahaya matahari. Bukan hanya sensitif, tapi mungkin ia bisa meninggal akibat matahari. Sampai disaat terakhirnya aku tetap mengaguminya, dan menyayanginya. Bagiku Cheryl adalah semangatku, untuk berjuang hidup, terus berusaha menjadi yang terbaik.
                

0 komentar:

Posting Komentar