Taman kupu-kupu
ini awal dari kekuatanku, semangat dan perjuangan hidup. Taman kupu-kupu adalah
sebuah taman di sudut kota dekat dengan supermarket tempatku bekerja.
Sebenarnya yang selintas dipikiranku mungkin sama dengan mereka yang baru saja
mendengar nama taman ini. Banyak kupu-kupu disini. Tapi bukan itu alasannya
mengapa mereka menamai taman ini sebagai
taman kupu-kupu. Entahlah mengapa menamainya taman kupu-kupu, jangankan satu
kupu-kupu yang kulihat berlalu lalang, yang kutemukan hanya muda mudi berserakan
mojok disana-sini.
Aku hanyalah seorang pramuniaga yang bekerja
di supermarket itu. Memang aku bosan dengan tempat itu, tapi apa boleh buat? Adikku
harus tetap makan dan melanjutkan sekolahnya. Aku yatim piatu, orang tuaku
meninggal saat si jago merah melalap rumah mewah kami, tak ada satu barang pun
yang tersisa.
Siang
itu taman kupu-kupu tidak terlihat begitu ramai. Hanya beberapa tukang sapu
jalan dan tukang sampah yang berlalu lalang disana membereskan sisa-sisa sampah
yang berserakan akibat hujan dan angin kencang yang mengguyur kotaku semalam. Yang
menyita perhatianku adalah gadis muda dengan tas punggung merah yang sering
duduk sendiri di taman. Dan waktu ia muncul adalah tepat pukul enam sore. Aku
kira itu aneh, aku yang membayangkannya sempat bergidik ngeri ketika yang
terlintas adalah gadis jadi-jadian. Tapi apa mungkin makhluk seperti itu bisa keluar
dengan rutinitas pukul enam sore? Dan berganti pakaian? Aku pikir hantu tak
mungkin bekerja paruh waktu untuk bisa membeli baju dan bergonta ganti setiap
harinya.
Sudah
sebulan aku mengenal Cheryl, dan terkadang aku mencuri waktu tiga puluh menit
untuk bertemu dengannya di saat shift malamku. Kami semakin dekat dan ia banyak
bercerita tentangnya. Berbeda dengan kehidupanku sekarang, Ternyata ia tumbuh dalam keluarga yang
berkecukupan. Ayahnya dokter dan ibunya seorang penulis. Aku banyak tahu tentang
dia selama sebulan ini. Satu yang belum kuketahui, mengapa ia harus pergi malam
dan pulang sebelum matahari terbit? Apa ia dikekang orang tuanya sehingga ia
hanya bisa “kabur” di malam hari? Tapi rupanya ayah Cheryl bukan tipe seperti
itu. Ibunya pun baik hati, aku sudah tiga kali mengunjungi rumahnya. Dan aku
rupanya telah merasakan jatuh cinta padanya. Malam itu aku menemuinya. Menyatakan
perasaanku, dan menanyakan pertanyaan yang mengganjal dalam hatiku. Akhirnya
terjawablah. Tak disangka ternyata ia sakit. Sakit yang membuatnya merasa hidup
dalam kegelapan. Dalam tubuhnya tak ada sistem imun. Sehingga ia sensitif
terhadap cahaya matahari. Bukan hanya sensitif, tapi mungkin ia bisa meninggal
akibat matahari. Sampai disaat terakhirnya aku tetap mengaguminya, dan
menyayanginya. Bagiku Cheryl adalah semangatku, untuk berjuang hidup, terus
berusaha menjadi yang terbaik.
0 komentar:
Posting Komentar