oleh:
Anjar Dewantara
Terdengar suara gaduh dari dalam kelas yang membosankan ini, mereka seakan tak menghiraukan suara dosen yang sedang mengajar, tapi hanya satu orang yang terlihat fokus mendengarkan dosen tersebut, dia bernama Tiana, gadis yang memiliki rambut lurus berponi sedikit acak-acakan, berkacamata hitam yang selalu melekat dikedua bola matanya, bertubuh mungil, berkulit putih dan yang paling khas dari dia adalah caranya dia tersenyum, cara dia tersenyum terlihat begitu ikhlas tanpa adanya paksaan, tapi bukan itu saja, senyumannya itu membuat setiap laki-laki akan terasa nyaman ketika melihatnya, Seakan-akan melihat bidadari turun dari khayangan.
Tiana memang pintar, karena setiap mata kuliah yang dia ambil pasti bisa dikuasai dengan mudah. Hal itu terlihat dari cara dia menjawab setiap pertanyaan yang diajuhkan oleh para dosen dan juga cara dia berpresentasi didepan kelas. Sedangkan aku hanya laki-laki biasa saja tanpa ada yang special dari diriku ini. Setiap hari aku hanya mampu memandanginya tanpa berani menegur sapa dengannya. Karena aku terlalu malu untuk berhadapan dengannya apalagi sampai mengobrol.
Banyak lelaki yang berusaha mendekatinya, dari yang berduit sampai laki-laki yang jadi idola para gadis-gadis di kampus, tapi tak satu pun dari mereka ditanggapi serius oleh tiana. ‘Entalah’ aku juga gak tau kenapa ! tapi yang jelas tiana memang gadis yang paling special dimataku. Aku juga semakin penasaran, pria seperti apa yang mampu menaklukkan hatinya ? atau mungkin dia seorang lesbi “PIKIRKU” . aku buang pikiran itu jauh-jauh tidak mungkin tiana seorang lesbian.
Hingga suatu hari aku melihatnya melewati lorong kampus dan mau menuruni anak tangga, aku berusaha memberanikan diriku untuk menegurnya, sempat ada perang kontak batin di dalam hatiku antara kata-kata ‘lakukan dan jangan’ berulang-ulang kali kata-kata tersebut sedang melakukan serangannya, hingga yang memenangkannya adalah “lakukan” .tanpa pikir panjang aku pun memberanikan diriku untuk menegurnya. ‘hai tiana’ ucapku, ‘oh kamu njar,bikin kaget saja’ . aku gak menyangka hal ini akan terjadi, akhirnya aku bisa mengobrol dengan tiana dan dia juga membalas teguranku. Hal tersebut adalah momen yang paling indah dalam hidupku. ‘koq sendirian aja nie?’ balasku dengan nada rendah ‘kan setiap hari memang sendirian’ sambil melontarkan senyuman manisnya. Seketika aku langsung terdiam melihat senyumannya tersebut ‘ya allah terima kasih engkau telah menghidupkanku di dunia ini sehingga aku bisa melihat makhluk ciptaanmu yang paling indah ini’ doa sesaatku di dalam hati. Sungguh indah benar-benar indah.
End… sampai bertemu di episode yang ke-2 :D
Tiana memang pintar, karena setiap mata kuliah yang dia ambil pasti bisa dikuasai dengan mudah. Hal itu terlihat dari cara dia menjawab setiap pertanyaan yang diajuhkan oleh para dosen dan juga cara dia berpresentasi didepan kelas. Sedangkan aku hanya laki-laki biasa saja tanpa ada yang special dari diriku ini. Setiap hari aku hanya mampu memandanginya tanpa berani menegur sapa dengannya. Karena aku terlalu malu untuk berhadapan dengannya apalagi sampai mengobrol.
Banyak lelaki yang berusaha mendekatinya, dari yang berduit sampai laki-laki yang jadi idola para gadis-gadis di kampus, tapi tak satu pun dari mereka ditanggapi serius oleh tiana. ‘Entalah’ aku juga gak tau kenapa ! tapi yang jelas tiana memang gadis yang paling special dimataku. Aku juga semakin penasaran, pria seperti apa yang mampu menaklukkan hatinya ? atau mungkin dia seorang lesbi “PIKIRKU” . aku buang pikiran itu jauh-jauh tidak mungkin tiana seorang lesbian.
Hingga suatu hari aku melihatnya melewati lorong kampus dan mau menuruni anak tangga, aku berusaha memberanikan diriku untuk menegurnya, sempat ada perang kontak batin di dalam hatiku antara kata-kata ‘lakukan dan jangan’ berulang-ulang kali kata-kata tersebut sedang melakukan serangannya, hingga yang memenangkannya adalah “lakukan” .tanpa pikir panjang aku pun memberanikan diriku untuk menegurnya. ‘hai tiana’ ucapku, ‘oh kamu njar,bikin kaget saja’ . aku gak menyangka hal ini akan terjadi, akhirnya aku bisa mengobrol dengan tiana dan dia juga membalas teguranku. Hal tersebut adalah momen yang paling indah dalam hidupku. ‘koq sendirian aja nie?’ balasku dengan nada rendah ‘kan setiap hari memang sendirian’ sambil melontarkan senyuman manisnya. Seketika aku langsung terdiam melihat senyumannya tersebut ‘ya allah terima kasih engkau telah menghidupkanku di dunia ini sehingga aku bisa melihat makhluk ciptaanmu yang paling indah ini’ doa sesaatku di dalam hati. Sungguh indah benar-benar indah.
End… sampai bertemu di episode yang ke-2 :D
0 komentar:
Posting Komentar