Minggu, Oktober 13, 2013
0
oleh:
NUR KUSUMAWATI - 44112110094

Aku berlari tergesa-gesa begitu sampai di stasiun Tugu Yogyakarta. Sampai harus diomelin petugas stasiun karena aku sudah telat dan ditunggu oleh kereta yang tinggal hitungan menit lagi berangkat. Mencari Kereta Api ekonomi Gajahwong jurusan Yogyakarta – Pasar senen, di antara banyak rel ku lewati demi masuk gerbong kereta ekonomi yang sesak dengan para penumpang yang penuh bawaan. Asal aku dipersilahkan masuk oleh security disitu.  Aku cari gerbong 5 tempat duduk 14D, dan ketemu walaupun sedikit jauh menyusuri panjangnya gerbong ini. Aku duduk sendiri menghadap jendela, bunyi lonceng mengiringi kereta yang sudah melaju pelan. Terdiam ku menatap keluar. Dalam genggaman tanganku, kutuliskan pesan singkat "Makasih ya udah nganter, walaupun mepet (pas waktu)" dan sending... ku usap air mata yang sejenak turun dipipiku yang penuh benjolan jerawat ini. Kenapa terasa berat, sedih meninggalkan kota kelahiran yang sering aku datangi ini. Sepertinya aku ingin turun kembali dan menghampiri lelaki yang sudah mengantarku sampai stasiun ini. Ahh.. kembali memikirkan percakapan semalam.
Pertemuan keduaku dengan dia memang agak sedikit sakral. Sakral dalam arti aku dan dia sempat mengobrolkan lagi dan lagi hubungan kita ini. Ditemani Susu Jahe hangat menemani hangatnya malam di Angkringan Tugu Yogyakarta ini.
“ Hei Nona..”. Sapanya pelan
“ Apa”. Kataku jawab singkat.
“ Sepertinya hubungan kita ini semakin hari semakin berbeda saja.” Apakah masih bisa diperbaiki?” Tanyanya perlahan.
“ Entahlah aku tak tahu. Kita berada dalam kesibukkan masing – masing dan jarak yang berbeda. Walaupun begitu, kunci kita hanya satu yaitu kepercayaan! “ Jawabku santai.
“ Iya.. aku tahu maksud kamu, tapi aku sendiri lelah dengan hubungan yang jarak jauh seper…ti” Terhenti omongannya.
“ Ssttt.. tenang, aku mengerti maksud kamu. Disini kamu merasakan hal yang lelah, bosan, dan jenuh. Akan tetapi memang itu resiko pasangan jarak jauh. Dan disini aku menghargai pendapatmu.”
Hening sejenak. Kembali aku menenggak susu jahe yang sedari tadi aku aduk-aduk tak jelas. Malam semakin larut, Kita memutuskan untuk pulang. Diperjalanan pun kami saling membisu dengan pikirannya masing-masing.
Hingga siangnya kita bertemu lagi dengan kelanjutan percakapan semalam. Saat itu juga aku merasa bahwa sudah merasakan kehilangan sosok yag mungkin selama ini menjadi partner hati yang selalu mengerti. Dan kita bertemu kembali di tempat makan biasa. Singkat cerita bahwa memang kita harus mengakhiri hubungan yang sudah terjalin selama tiga tahun ini.
“ Berawal baik, berjalan baik, berakhir pula baik.” Gumamku
“ Iya. Dia memalingkan muka.
“ Tenang, akhir cerita kita ini ngga akan merugikan kita, ini untuk kebaikan kita masing-masing. Dan bukan keputusan satu pihak.”
“Aku mengerti. Carilah kehidupanmu sendiri. Orang yang lebih baik dari aku pastinya.” Katanya tegas.
“ Pasti…” jawabku tegar.
Kemudian kami saling berpelukan untuk terakhir kali melepas semua beban yang ada. Semua kenangan yang sempat terangkum di memori hati ini. Hujan pun turun membasahi kala siang itu, menjadi saksi berakhirnya cinta kita yang abadi.

0 komentar:

Posting Komentar