Minggu, Oktober 20, 2013
0
oleh:
 Aditya Feri Wardani - 44112120065   

Apakah jalan yang kulalui, Ibu
Menambah lukamu
Atau  menyudahi kebahagiaanmu??

Aning tak habis pikir, bahwa apa yang dianggapnya sukses itu tak bisa membuat orang tuanya bangga. Gadis dusun yang semula merantau hanya ingin kerja di Jakarta itu kini menjelma menjadi wanita karier dan model laris di Ibukota.  Bagi Aning sebuah kebahagiaan itu diukur dari materi,  padahal ia juga tak terlalu yakin rumah mewah, fasilitas lengkap, uang  dapat membuat orangtuanya bahagia. Barangkali kultur budaya kapitalis yang banyak ditemui di kota  mulai mempengaruhi kepribadian Aning, semua pekerjaan dilakukan hanya untuk melampiaskan, Padahal bapak Aning yang seorang yang taat agama selalu mengajarkan berpuasa, menahan diri. Apadaya tekat Aning sudah bulat, impian besar harus terwujud, kemajuan harus diraih, dan kemajuan  itu baginya adalah di kota, hanya kota. Apapun akan ditempuh Aning demi mengejar  impiannya tersebut.
Usaha dan kerja kerasnya semakin mudah sejak ia bertemu dengan Ricky, lelaki kota yang sudah lama terjun di dunia hiburan. Rickylah yang memotivasi Aning hingga mencapai tahap seperti ini. Ricky pula yang membuat Aning lupa pada sosok Syamsul, anak modin dusun yang pernah dikaguminya sebelum merantau.
Belakangan  Syamsul menemui orang tua Aning, memohon restu, dan menanyakan kesetujuan Aning untuk dilamar anak pak modin tersebut. Orang tua Aning menyambut senang, tanda setuju, Bapak segera member tahu Aning perihal ini, sayang  jawaban Aning mengambang dan meninggalkan rasa kecewa di hati Syamsul.
Aning beralasan ia masih ingin fokus dalam mengejar kariernya, sibuk. Alasan serupa saat ia mendapat telepon dari sang Ibu. Aning merasa bosan karena harus mengulang kata-kata yang sama, Aning dalam keadaan baik, semoga demikian bapak dan ibu di dusun, Aning disini berdoa…, padahal ia merasa jengah sesungguhnya kini tak sekalipun Aning benar-benar mendoakan orangtuanya.
Konflik memanas kala Aning mendapat tawaran film yang mengharuskan  ia memamerkan aurat.  Bapaknya marah besar mengetahui ini. Aning bersikeras bahwa ini hanyalah tuntutan peran yang harus dijalani, ia juga menjelaskan jika tokoh yang diperankan Aning dengan tampilan seksi tak menggambarkan dirinya secarautuh. Semua itu hanya peran, hanya fiktif. Bapak tetap enggan mau mengerti.
Dan kini, ketika mimpi Aning mulai menapak kenyataan, Bapak dan Ibunya justru meminta Aning pulang dan menolak tawanan sebagai tokoh utama film.  Pilihan yang berat tentu bagi Aning, perjuangan selangkah demi selangkah merantau ke Jakarta, bekerja sebagai sekretaris perusahaan trading export, hingga melanjutkan  sekolah di bangku kuliah sampai akhirnya menjadi model iklan, dan selanjutnya datang tawaran untuk bermain film, dan kini justru bapak menginginkannya kembali ke dusun dan itu berarti impian yang di depan mata itu menguap begitu saja, sirna. Memaksa untuk bermain film dengan adegan vulgar juga berarti mengingkari amanah bapak, sedang berpuluh argument juga bakal mentah jika Bapak sudah bicara.
Apalagi kabar terakhir dari suara tetangga Aning di telepon, bapak terbaring sakit.
Lalu apa yang Aning pilih?

0 komentar:

Posting Komentar