Rabu, Oktober 23, 2013
0
oleh:
Tri Setya - 44112120112

NINDI, gadis belia berumur 20 tahun yang hobi menari dan juga sudah bekerja selama setahun ini. Dia memiliki wajah yang manis, kulit sawo matang, rambut yang lurus dengan potongan berantakan dan ukuran tubuh yang terbilang mendekati ideal. Pada Sabtu siang ia duduk di taman kota dengan mengenakan kaos disertai  sweater tebal, celana jeans dan sepatu kets sambil terlihat sedang mendengarkan musik dengan headset terpasang di telinganya, mata yang terpejam dan kepala yang bergoyang-goyang menikmati sekali irama musik. 
 45 menit kemudian, dia tiba di rumah dengan wajah ceria dengan headset yang masih terpasang ditelinganya. Hari itu dia lewati dengan baik-baik saja bersama dengan bunda, adik dan kakak perempuannya. Sampai akhirnya malam pun tiba, pada saat makan malam bersama di ruang makan sambil membicarakan ayah mereka yang belum juga pulang karena sebelumnya sang ayah izin untuk mampir ke rumah temannya yang telah lama tak berjumpa. Tak lama kemudian telepon rumah berdering, sang bunda pun kaget mendengar kabar dari suara di seberang telepon. Ternyata sang ayah berada di kantor polisi. Kami semua pun kaget bukan main.
Nindi dan adiknya menunggu di rumah sedangkan bunda dan kakak pergi ke kantor polisi. Sesampainya di kantor polisi setempat, bunda menangis tak terpikirkan dengan yang telah terjadi bahwa ayahnya ditangkap atas tuduhan perjudian. Memang dulu ayahnya sering kali bermain judi tetapi setelah setahun ini sudah tidak lagi. Ayahnya mengaku bahwa dia hanya sedang berkumpul bersama temannya yang bermain judi di saat itu, tetapi ayah hanya menontonnya saja. Beberapa minggu ini memang terdengar bahwa wilayah tersebut sedang diselidiki oleh intel-intel polisi, tetapi karena beberapa minggu ini teman-temannya ayah itu merasa aman, mainlah mereka malam itu. Ternyata apes yang didapat, mereka pun kena sergapan ditambah ayahnya sedang sekali-kalinya berkumpul disitu malah ikutan tertangkap. 
Pukul 11.00 malam bunda dan kakak sampai di rumah, Nindi pun sedang menemani adiknya tidur di kamar. Nindi bertanya penasaran, tetapi bunda menyuruhnya istirahat dan akan membicarakan semuanya besok pagi. Mereka pun masuk ke kamar masing-masing, mengistirahatkan pikiran mereka dengan masalah yang datang secara tak terduga ini.
Pukul 05.00 pagi pun tiba, kami semua bangun untuk shalat subuh berjamaah sambil mendoakan semoga segala cobaan yang datang dapat mereka selesaikan dengan penuh hikmah. Setelah selesai shalat, bunda mengajak Nindi untuk menyiapkan sarapan pagi ini sambil menceritakan kenapa ayahnya bisa berada di kantor polisi. Tak lama kakaknya datang dan bersama-sama mencari solusi untuk masalah ini. Sang kakak menyarankan untuk menanyakan syarat-syarat kepada polisi di tempat ayahnya ditahan, agar ayah bisa keluar. Bunda pun datang bersama dengan istri-istri yang lainnya sambil membawakan makanan yang disiapkan bersama Nindi untuk ayahnya. Adapun terlihat polisi penjaga di sana, bunda pun menanyakan apa yang harus mereka lakukan agar para suami dapat keluar dari tahanan.  Si polisi pun menjelaskan bahwa tidak ada lagi yang bisa membantu mereka keluar dari tahanan tersebut dikarenakan semua sudah diproses oleh pihak kepolisian. Kalaupun bisa keluar tergantung dengan kesaksian dari pihak tertahan dan kemungkinan adanya uang tebusan untuk membayar denda / sanksi.
Bunda kembali ke rumah, membersihkan diri dan kemudian berkumpul dengan Nindi dan kakaknya, Dinna di ruang tamu. Bunda membicarakan mengenai hasil dari datang ke kantor polisi tadi pagi. Bunda menyampaikan point yang menyebutkan adanya uang tebusan untuk membayar denda / sanksi untuk ayahnya. Mereka memutar otak bagaimana mengumpulkan duitnya, akhirnya keluarlah ide supaya masing-masing mengumpulkan tabungan yang mereka punya untuk mengeluarkan ayahnya. Semua mereka mintai tolong termasuk saudara-saudara dekat dengan janji akan mengganti uangnya nanti setelah masalah ini tuntas.
Tiga minggu berlalu dengan rutinitas secara bergantian datang menjenguk ayah mereka di kantor polisi. Nindi setiap hari menyegarkan diri dengan menari-nari di kamar ataupun berkumpul dengan komunias dancer-nya. Hari ini ayah dan teman-temannya akan di sidang untuk memutuskan nasib mereka. Setelah sidang, ternyata kabarnya mereka akan dipindahkan ke LP Cipinang. Semakin jauh saja tempat berkunjung mereka dari rumah, akan tetapi hal tersebut tidak membuat bunda dan kakak untuk berhenti memberikan dukungan untuk ayahnya.
Satu minggu di LP Cipinang, akhirnya ayah dan teman-temannya diperbolehkan pulang, tentu saja dengan tetap memberikan uang denda. Nindi, kakak dan adik pun tak sabar menunggu di rumah. Namun, seperti dengan cerita-cerita orang awam, sebelum pulang ke rumah mereka mampir dulu ke Ancol dengan maksud membuang sial, melempar segala pakaian yang mereka kenakan ke laut dengan harapan bahwa segala yang buruk hanyut pergi bersama air laut.
Ayah pun tiba di rumah dan kami semua berpelukan gembira menyambut ayahnya yang selama kurang lebih sebulan tidak pulang. Kami semua berkumpul sambil ayah tidak lupa mengucapkan maaf atas segala yang terjadi dan berjanji tidak akan mengalami kejadian seperti ini lagi. Nindi pun dapat melanjutkan aktivitasnya dengan riang gembira termasuk tarian-tarian yang ia berikan di setiap gerak tubuhnya. Sang bunda, kakak dan adiknya juga bisa tersenyum lepas.
-SELESAI-

0 komentar:

Posting Komentar