Pria yang lumayan tinggi, tidak terlalu putih dan berisi duduk di lantai
warna merah yang akan aku masuki untuk ikut kelas dasar produksi TV.
Hari itu hari pertama aku masuk kuliah, kebetulan dia duduk di belakang
tempst duduk ku di kelas. Selama jam pelajaran dia termasuk mahasiswa
yang kritis dan banyak bertanya. Suatu hari kesempatan memberi aku waktu
untuk berkenalan dengannya. "Agi" singkat dan jelas dia menyebutkan
nama pendeknya yang bisa ku pakai untuk memanggilnya. Seiring
berjalannya waktu aku semakin mengenalnya, banyak yang bisa kami
ceritakan saat bersama, bahkan aku sering pulang bareng. Aku tahu
karakternya yang perfectionist dan tidak ingin ada yang salah, jangankan
salah kurang saja dia pasti uring-uringan terutama dalam hal agama dan
pendidikan selalu berpikir beberapa kali untuk mengambil keputusan.
Untuknya, setiap keputusan akan selalu mempunyai berbagai resiko yang
harus dipertimbangkan. Sekian lama aku dan dia saling kenal, aku
tersadar selama ini aku tidak mengenalnya tapi dia mengenalku dengan
baik, dimana rumah ku, bagaimana keluarga ku, masalalu ku, bahkan
cerita-cerita pacar dan mantan pacar ku. Satu kalimat andalannya saat
aku mengeluh tentang pacar ku "semua cowok memang begitu, pernah denger 2
jenis cowok di dunia ini?" Dan aku selalu menjawabnya "kalo ga brengs*k
ya homo" lalu tertawa bersama dan membuat ku lupa semua yang aku
keluhkan. Tunggu, aku belum bercerita tentang apa yang di
sembunyikannya. Hari itu memang aku tidak bermaksud ingin membuka apa
yang selama ini dia sembunyikan karna bagi ku apa yang tidak diceritakan
tanpa ditanya berarti tidak untuk di publish. Siang itu dia masuk kelas
seperti biasa, namun raut mukanya yang tidak seperti biasanya, dia
sedikit menekukan wajahnya, menatap ke arah mana kakinya melangkah
selanjutnya, saat dosen menjelaskan pun dia hanya terdiam dan
menggoreskan tinta pulpen yang dipegangnya namun tidak teratah, tidak
terfokus dengan apa yang dijelaskan hanya mengayunkan perlahan benda
yang digenggamnya yang menjadi goresan-goresan di kertas putih bergaris
di depannya. Aneh ! Saat aku tanya dia hanya menjawab singkat "gak
apa-apa kok" dengan senyuman yang terlalu dipaksakan agar orang yang
melihatnya tidak melihat apa yang disembunyikannya. Saat jam pulang pun,
dia hanya diam tidak seperti biasanya yang selalu menceramahi aku
dengan bebas. Aku memberanikan diri untuk mengajaknya mampir di tempat
makan yang kami lewati, bersiap untuk di tolaknya dan mengajak untuk
langsung pulang saja, namun ajakan ku di iya kan.
Di tempat makan kami hanya berdiam terfokus pada apa yang sedang kami
nikmati, karna bosan aku melihat sekeliling dan menemukan satu yang
mencuri perhatian. Seorang pria putih, tinggi, berbadan ideal memakai
t-shirt putih polos dan celana pendek selutut, dipadu dengan sepatu
casualnya yang senada dengan warna celana. Tanpa aku sadari, mata ku
mengikutinya bergerak masuk kearah tempat kami makan dan duduk tepat di
sebelah meja aku dan Agi. Pria itu melihat ke arah ku dan Agi yang
sedang sibuk mengaduk makannya, mata ku teralih ke arah Agi yang
daritadi didepan ku. Ah, iya aku ingin memancingnya untuk bercerita
sekedar untuk mengurangi bebannya meski aku tak bisa membantu apa yang
sedang dia hadapi. Agi menegakan pandangannya ke arah ku, dia menatap ku
heran. "lo kenapa?" "Hah?" Belum aku menjawabnya agi melihat kearah
pria yang tadi mencuri perhatian ku. Pria itu pun terlihat kaget dan
menghampiri aku dan Agi, ternyata pria itu mengenal Agi dan menegurnya
sekedar bertanya dengan siapa dan berkenalan dengn ku. Wajah Agi sedikit
terlihat gerogi dan ketakutan, entah apa yang ada dipikirannya. Tidak
lama dari sejak perkenalan ku seorang wanita cantik menghampiri kami dan
memeluk pria tadi. Agi terlihat salah tingkah dan mencari mencari
alasan untuk pergi dati tempat kami makan. Aku mengikutinya yang
terburu-buru melangkah keluar, aku berusaha mengejarnya hingga dia
berhenti dan terdiam mematung seperti orang yang entah mau kemana,
padahal Agi yang aku kenal tidak pernah seceroboh ini. Aku
menghampirinya dan tiba-tiba di memeluk ku, saat itu aku merasakan detak
jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya, dan terisak, aku
rasakan tetesan air yang membasahi pundak ku. Tak lama, dia melepas
pelukannya dan menatap ku dengan mata basah, aku hanya dapat menatapnya
heran. Kami memutuskan untuk pindah ke tempat dimana kami bisa bercerita
panjang dengan tenang. Ya, Agi bercerita bahwa pria tadi yang kami
temui adalah sang kekasih. Kekasih yang dulu sempat berada disisinya dan
membawanya ke dubia yang tak bisa aku mengerti, dunia yang dianggap tak
wajar oleh orang lain. Hubungan yang tidak bisa diterima di negara
kita. Sebulan berlalu Agi masih tetap murung tak menampakan wajahnya
yang pertama aku lihat, dia lebih terlihat pendiam dan tak banyak
bicara. Beberapa kali aku bertanya memancingnya bercerita tapi
jawabannya selalu tidak membuka pembicaraan, aku jadi jarang pulang
bareng lagi sejak kejadian sebulan lalu, dia menutup dirinya. Hari itu
Agi bolos, dan tidak ada kabar, tidak seperti biasanya dia termasuk anak
yang rajin dan mengusahakan untuk masuk kuliah, baginya kehadiran
sangat berpengaruh pada nilai yang dia dapat. Aku berusaha
menghubunginya dengan berbagai cara, menelpon, sms, tapi aku tak bisa
mendapatkan kabar. 3 hari dia tidak menampakan diri di hadapan ku,
akhirnya dia datang dan menampakan diri yang aku tak lagi mengenalnya.
Dia duduk di belakang tempat duduk ku seperti pertama kali aku bertemu,
dia lebih banyak diam dan sesekali merobek kertas yang ada di
hadapannya. Tanpa pikir panjang saat jam pulang aku menajaknya untuk
pulang bareng lagi, disana dia bercerita tentang apa yang dilewatinya 3
hari lalu. Pria yang waktu itu aku temui di tempat makan, pria yang
diakuinya sebagai kekasihnya, pria yang membuatnya menangis dan mulai
bercerita tentang hal yang tak bisa diterima akal sehat, pria yang
sempat menarik perhatian ku, pria itu 3 hari lalu pergi. Bukan pergi
untuk pria/wanita lain seperti saat itu, tapi pergi untuk mempertanggung
jawabkan apa yang dia perbuat selama dia hidup. Pria itu meninggal.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar