Cita-cita
Hmmmmmmm………. Seumur hidup baru ini saya menulis tentang diri saya, sebelumnya tidak pernah terpikir untuk menulis tentang diri sendiri, dan memang jarang juga sih melakukan pekerjaan yang satu ini. Berhubung ada yang meminta alias tugas ( hehehe ) jadi saya coba deh untuk belajar menulis. Mohon maaf ya bila ada salah salah penulisan, mohon di maklumkan.
Mulai dari mana ya??? Polanya mulai dari masa kecil ya? Aku cerita dari baru lahir deh. Aku salah seorang anak yang paling tidak bisa nurut sama orang tua, apalagi dokter. Terbukti dengan kelahiran saya, dimana normalnya manusia dalam kandungan itu 9 bulan, namun saya bandel dan ingin buru-buru keluar dari dalam perut ibu saya. Sekitar 7 bulanan lah saya didalam perut, ga betah kayanya disana. Memang salah satu sifat saya itu tidak betah dalam menjalankan segala hal, senang mencari hal-hal yang baru. Kalo dari psikologis saya termasuk orang yang sangat cepat belajar dan mudah meniru. Masa kecil saya sangat rumit, maklum bukan dari keluarga yang berada. Bapak saya hanya seorang teknisi listrik di sebuah toko yang bernama MATAHARI. Kalo ibu saya hanya seorang ibu rumah tangga. Saya anak pertama dari 3 bersudara, harusnya sih empat tapi yang bontot tidak sempat bernafas di dunia yang kelam ini. Tapi saya bersyukur, karena itu menjadi tiket untuk orang tua saya menuju surga.
Sekilas masa kecil, saya anak yang sangat bandel dan saya dididik oleh seorang bapak yang keras. Bicara kebandelan, dari kecil saya suka sekali menonton film jacky chan. Dimana saya suka dengan gerakan berkelahinya. Kata orang tua saya, kalau selesai menonton film jacky chan pasti rumah berantakan, dimana saya langsung meniru gerakannya. yang ember pecah lah, antenna tv patahlah, sampe 3 bapak saya mengganti antenna tv. Belum lagi pintu rumah rusak dan jebol karena tendangan saya. Mana rumah ngontak petakan lagi. Saat kecil itu saya tinggal di daerah Bangka 9 jakarta selatan. Masa kecil saya disana sampai saya tamat taman kanak-kanak. Dan kami pindah ke daerah bekasi timur, dimana saat itu belum banyak orang yang tinggal daerah bekasi. Alhamdullillah bapak saya dapat bantuan dari kakaknya alias pakde saya untuk DP rumah di daerah tersebut. Masa-masa sulit kami bermulai dari sini, dimana pengeluaran keuangan semakin besar walaupun saat itu saya tidk mengerti apa-apa. Jelas kritis karena bapak saya harus mengeluarkan ongkos lebih untuk kekantornya. Ditambah lagi saya baru masuk sekolah dasar. Keadaan membuat orang tua saya haus sering berpuasa karena mementingkan buah hatinya untuk makan. Tidak jarang kami menyantap makanan hanya dengan nasi dan garam saja. Saat itu anak ketiga alias si bontot belum dilahirkan di dunia ini. Akhirnya pada awal tahun 1992 ibu saya melahirkan si bontot. Jadi kami hidup ber lima dirumah type 21 yang cicilannya perbulan itu sekitar Rp. 68.500,-.
Masa bermainku dirumah tidak sebaik dengan disekolah, jarang saya bermain dengan teman-teman di komplek rumah. Teman-teman di komplek rumah sih baik, tapi mereka seperti ibu-ibu yang kerjaannya ngegosiiiipp aja. Saya tidak bisa bermain seperti itu, cowo ko tukang gossip. Akhirnya sehari-hari saya bermain dengan teman-teman yang sangat jauh. Paling kalo main ama anak komplek kalo saat ada pertandingan sepak bola dan bulu tangkis aja, dimana saya di wajibkan membela tanah air RT. Saat beranjak kelas 4 SD saya sudah mencari uang sendiri, dimana sekolah saya saat itu masuk siang dan saya mengisi pagi hari saya dengan berjualan Koran. Lumayanlah untuk nambah uang jajan dan ongkos berangkat sekolah. Memang saya dari kecil jarang meminta uang kepada orang tua. Jadi kalo mau jajan saya harus cari uang sendiri dulu. Tetapi saat kelas 6 sd saya masuk sekolah pagi dan pulang sekolah siang. Maka sepulang sekolah saya langsung ketempat cucian motor yang tidak jauh dari rumah. Disana saya mendapatkan honor yang lumayan. Rp. 500,-/motor. Saat itu lumayan lah untuk seorang anak kelas 6 sd, apalagi kalau habis hujan, wwwiiiiiiihhh rasanya senaaaaannnnnggg banget. Bisa dapet uang Rp. 30.000,- seharian. Tentunya berikut uang tips.
Seiringnya waktu akhirnya saya lulus dari sekolah dasar, alhamdullillah NEM saya cukup untuk masuk SLTP 2 negeri di bekasi yang akrab di panggil CHA-ONE. Disini pergaulan saya berubah, SLTP ini memang terpavorit di bekasi, namun pavorit juga dengan kenakalannya. Saya diwajibkan tauran oleh kakak-kakak kelas, jika tidak maka saya akan di musuhi hingga di pukuli. Keadaan ini membuat saya menjadi liar akan pergaulan, mulai mengenal obat-obatan terlarang. Ganja atau akrab disebut chimenk itu sarapan dan dinner saya setiap hari. Otak mulai terasa bodoh dengan sering mengkonsumsi barang haram tersebut. tapi jelas sangat susah untuk menghilangkan kecanduan tersebut selama saya masih bergaul dengan teman yang salah. Saat duduk dikelas 2 SLTP, masa puber saya mulai memasuki tubuh ini. Dimana saya tertarik dengan teman sekelas sekaligus ketua kelas di kelas saya. Saya berjuang mendapatkan cinta pertama saya, namun sebelum saya mengungkapkan rasa hati ini kepadanya dia sudah memberi ultimatum kalo dia benci dengan anak berandal yang sukanya mabok. Naaaaaaahhh dari situ saya mencoba untuk berhenti melakukan hal-hal yang selama ini banyak tidak disukai orang. Terutama calon saya ini. Dengan tekad yang sangat bulat akhirnya saya terlepas dengan keadaan yang sangat liar tersebut walaupun hubungan saya dengan cinta pertama saya tidak berjalan lama. Tapi hikmahnya saya bisa belajar dengan fokus dan sungguh-sungguh. Dan saya mulai berteman dengan teman-teman yang prioritasnya belajar. Saya tidak masuk kelas pavorit saat kelas 3 sltp, namun saya bergaul dengan mereka yang berada dikelas favorit, walaupun teman-teman lama saya mencemooh saya.
Sekarang kita berbicara soal minat dan cita-cita. Cita-cita saya sedari kecil juga aneh. Banyak guru-guru tertawa jika menanyakan soal cita-cita kepada saya. Biasanya anak-anak jika ditanyakan soal cita-cita jawabannya pasti yang sangat normal, polisi, dokter, pilot, astronot dan lain sebagainya. Namun karena saya setiap pulang ke kampong halaman ibu saya selalu menggunakan bis, maka cita-cita saya dari kecil adalah seorang supir bis. Guru-guru dan teman-teman sekelas pasti tertawa jika mendengarkan cita-cita saya, tetapi saya hanya terdiam dan merasa minder di tertawakan. Ah saya tidak pernah peduli, saya akan tetap dengan pendirian pada cita-cita saya. Setelah memasuki SMU saya baru mulai meragukan cita-cita saya tersebut. Menurut penglihatan dan pembicaraan dari keluarga saya tentang menjadi supir bi situ ternyata salah. Tetangga saya ada beberapa yang menjadi seorang supir bis, rata-rata mereka mempunyai lebih dari seorang istri. Nah dari situ saya langsung skeptic dengan cita-cita saya tersebut. Sudahlah saya tidak memikirkan cita-cita, yang saya harus lakukan saat itu adalah belajar dan membanggakan orang tua. Seperti halnya di sltp, di smu pun saya sudah bekerja. Namun tidak sesering seperti di sltp, karena pembelajaran di smu lebih banyak dan lebih harus fokus untuk belajar. Sekitar kelas 2 smu awal saya mengenal dunia perfilman. Dimana paman saya bekerja di sebuah perusahaan rental kamera video di daerah gajah mada yang bernama Indomedia. Jadi setiap hari libur sekolah saya di ajak bekerja oleh paman saya untuk mengawal kamera yang disewa oleh klien untuk keperluan shooting.
Setelah lulus smu, jelas saya langsung masuk di perusahan tersebut. Tentunya bukan karyawan, namun tetap menjadi freelanch yang terikat. Jika saya mengawal kamera ya saya dibayar Rp. 50.000,-/day, jika tidak ya bengong-bengong aja di mes kantor dan bisa saja menghabiskan uang lebih dari Rp. 50.000,- untuk makan dan sebungkus rokok. Yaaahhh tapi tetap saya jalankan dengan senang hati, karena saya sangat hobi bekerja di entertaintment ini. Yang pasti menjadi pembelajaran dan petualangan untuk saya. Sekitar tahun 2005 saya mendapat project mengawal sinetron “dunia tanpa koma”. Dan saya bekerja bersama orang-orang hebat di perfilman, jelas saya tidak mau berdiam diri saja dalam produksi sinetron yang paling bergengsi ini yang di produksi oleh Sinemart. Mungkin karena kerajinan saya dalam bekerja dan tidak pernah sedikitpun saya telat, bapak Rey Supriadi yang saat itu adalah DOP dalam produksi sinetron ini, menawarkan saya untuk menjadi assistennya dan saya langsung terima. Saya banyak belajar dengan beliau, mulai dari penataan lighting, kamera, komposisi, warna dsb. Di pertengahan produksi anak didikinya yang sudah menjadi seorang DOP melirik saya dan meminta saya untuk menjadi assisten kameranya, dan saya tidak bisa menolak. Ini seperti keluar dari pantai dan masuk lubang buaya. Yosef Thomas Nugroho namanya akrab dipanggil yosef wong deso. Beliau terkenal dengan mulutnya yang kasar dan mendidik secara militer. Tidak jarang saya menangis jika sedang solat jika memikirkan saat bekerja. Guru yang satu ini mengajarkan saya sangat disiplin dan fokus dalam bekerja. Dimatanya hanya dia yang benar dan apapun yang kita kerjakan selalu salah. Dia seperti tidak pernah tidur, sangat fokus dengan kerjaannya. Dengan kekasarannya itulah saya banyak belajar, mental saya di gojlok hingga kuat menghadapi apapun. Jadi saat saya dilepas diluar saya tidak pernah takut. Karena menurut saya orang yang paling galak adlah dia. Sekitar tahun 2006 – 2007 saya menjadi seorang operator kamera, diman saya di percayakan untuk mengopret di sebuah produksi sinetron. Disinilah saya banyak belajar tetntang sebuah produksi perfilman. Saya sering berganti-ganti DOP dalam sebuah produksi, dan masing –masing DOP mempunyai cirri khas tersendiri.
Mulai ada rasa booring di perfilman, tidak sedikit produksi striping yang saya ikuti. Itu membuat saya sering terkena types dalam tiap bulannya. Saya mulai hanya mengambil produksi FTV saja. Tapi seiring itu saya selingi dengan kerjaan-kerjaan PH kecil. Seperti dokumentasi, wedding dll. Seiring berjalannya waktu saya sedikit meninggalkan dunia perfilman, saya lebih banyak mengerjakan dokumentasi dan reality show. Sepertinya jelas lebih enak mengerjakan program tv, walaupun menurut saya tidak mempunyai tantangan tetapi waktunya teratur. Itu yang membuat saya mempertimbangkan dunia tv. Oh iya lupa, di tengah-tengah transisi tersebut sekitar tahun 2008 saya menikahi dengan wanita pujaan saya yang sangat menerima dengan keadaan saya bekerja sebagai seorang freelanch. Alhamdullillah istri saya seorang yang sangat membantu dalam karir saya. Tidak sedikit keputusan kami dalam sebuah pilihan itu menjadi hikmah kami dengan baik. Sampai sekarang kami belum di karuniai seorang anak, tapi kami tetap bahagia denga kehidupan kami. Saling percaya adalah semua kuncinya.
Sekitar tahun 2009 saya bertemu dengan seorang produser metro tv. Dia mengajak saya untuk menjadi freelance cameramen di perusahaan tv berita tersebut. Ya saya jalani, walaupun saya sangat tidak mengerti dengan berita dan yang paling saya benci adalah masalah politik. Tapi mau tidak mau saya tetap jalani dan sering sekali bertemu dengan orang-orang hebat dalam bidang ini. Terutama saya bertemu dengan mantan sahabat saya, Almarhum Muhammad Soleh atau akrab dipanggil Buce. Beliau yang selalu mensuport saya untuk kuliah, namun saya menanggapinya dengan biasa saja. Saya banyak belajar dari beliau dari segi apapun. Saat itu beliau juga belajar di UMB, namun takdir menghampirinya dan beliau harus berhenti menggapai cita-citanya sebagai dosen dan menghadap yang maha kuasa. Dari situlah saya bertekad untuk meneruskan cita-cita mantan sahabat saya ini.
Jadi tetaplah belajar dimanapun, kapanpun dan di usia brapapun. Karena belajar tidak ada langitnya. Teruslah menggapai cita-cita. Terima kasih
Hmmmmmmm………. Seumur hidup baru ini saya menulis tentang diri saya, sebelumnya tidak pernah terpikir untuk menulis tentang diri sendiri, dan memang jarang juga sih melakukan pekerjaan yang satu ini. Berhubung ada yang meminta alias tugas ( hehehe ) jadi saya coba deh untuk belajar menulis. Mohon maaf ya bila ada salah salah penulisan, mohon di maklumkan.
Mulai dari mana ya??? Polanya mulai dari masa kecil ya? Aku cerita dari baru lahir deh. Aku salah seorang anak yang paling tidak bisa nurut sama orang tua, apalagi dokter. Terbukti dengan kelahiran saya, dimana normalnya manusia dalam kandungan itu 9 bulan, namun saya bandel dan ingin buru-buru keluar dari dalam perut ibu saya. Sekitar 7 bulanan lah saya didalam perut, ga betah kayanya disana. Memang salah satu sifat saya itu tidak betah dalam menjalankan segala hal, senang mencari hal-hal yang baru. Kalo dari psikologis saya termasuk orang yang sangat cepat belajar dan mudah meniru. Masa kecil saya sangat rumit, maklum bukan dari keluarga yang berada. Bapak saya hanya seorang teknisi listrik di sebuah toko yang bernama MATAHARI. Kalo ibu saya hanya seorang ibu rumah tangga. Saya anak pertama dari 3 bersudara, harusnya sih empat tapi yang bontot tidak sempat bernafas di dunia yang kelam ini. Tapi saya bersyukur, karena itu menjadi tiket untuk orang tua saya menuju surga.
Sekilas masa kecil, saya anak yang sangat bandel dan saya dididik oleh seorang bapak yang keras. Bicara kebandelan, dari kecil saya suka sekali menonton film jacky chan. Dimana saya suka dengan gerakan berkelahinya. Kata orang tua saya, kalau selesai menonton film jacky chan pasti rumah berantakan, dimana saya langsung meniru gerakannya. yang ember pecah lah, antenna tv patahlah, sampe 3 bapak saya mengganti antenna tv. Belum lagi pintu rumah rusak dan jebol karena tendangan saya. Mana rumah ngontak petakan lagi. Saat kecil itu saya tinggal di daerah Bangka 9 jakarta selatan. Masa kecil saya disana sampai saya tamat taman kanak-kanak. Dan kami pindah ke daerah bekasi timur, dimana saat itu belum banyak orang yang tinggal daerah bekasi. Alhamdullillah bapak saya dapat bantuan dari kakaknya alias pakde saya untuk DP rumah di daerah tersebut. Masa-masa sulit kami bermulai dari sini, dimana pengeluaran keuangan semakin besar walaupun saat itu saya tidk mengerti apa-apa. Jelas kritis karena bapak saya harus mengeluarkan ongkos lebih untuk kekantornya. Ditambah lagi saya baru masuk sekolah dasar. Keadaan membuat orang tua saya haus sering berpuasa karena mementingkan buah hatinya untuk makan. Tidak jarang kami menyantap makanan hanya dengan nasi dan garam saja. Saat itu anak ketiga alias si bontot belum dilahirkan di dunia ini. Akhirnya pada awal tahun 1992 ibu saya melahirkan si bontot. Jadi kami hidup ber lima dirumah type 21 yang cicilannya perbulan itu sekitar Rp. 68.500,-.
Masa bermainku dirumah tidak sebaik dengan disekolah, jarang saya bermain dengan teman-teman di komplek rumah. Teman-teman di komplek rumah sih baik, tapi mereka seperti ibu-ibu yang kerjaannya ngegosiiiipp aja. Saya tidak bisa bermain seperti itu, cowo ko tukang gossip. Akhirnya sehari-hari saya bermain dengan teman-teman yang sangat jauh. Paling kalo main ama anak komplek kalo saat ada pertandingan sepak bola dan bulu tangkis aja, dimana saya di wajibkan membela tanah air RT. Saat beranjak kelas 4 SD saya sudah mencari uang sendiri, dimana sekolah saya saat itu masuk siang dan saya mengisi pagi hari saya dengan berjualan Koran. Lumayanlah untuk nambah uang jajan dan ongkos berangkat sekolah. Memang saya dari kecil jarang meminta uang kepada orang tua. Jadi kalo mau jajan saya harus cari uang sendiri dulu. Tetapi saat kelas 6 sd saya masuk sekolah pagi dan pulang sekolah siang. Maka sepulang sekolah saya langsung ketempat cucian motor yang tidak jauh dari rumah. Disana saya mendapatkan honor yang lumayan. Rp. 500,-/motor. Saat itu lumayan lah untuk seorang anak kelas 6 sd, apalagi kalau habis hujan, wwwiiiiiiihhh rasanya senaaaaannnnnggg banget. Bisa dapet uang Rp. 30.000,- seharian. Tentunya berikut uang tips.
Seiringnya waktu akhirnya saya lulus dari sekolah dasar, alhamdullillah NEM saya cukup untuk masuk SLTP 2 negeri di bekasi yang akrab di panggil CHA-ONE. Disini pergaulan saya berubah, SLTP ini memang terpavorit di bekasi, namun pavorit juga dengan kenakalannya. Saya diwajibkan tauran oleh kakak-kakak kelas, jika tidak maka saya akan di musuhi hingga di pukuli. Keadaan ini membuat saya menjadi liar akan pergaulan, mulai mengenal obat-obatan terlarang. Ganja atau akrab disebut chimenk itu sarapan dan dinner saya setiap hari. Otak mulai terasa bodoh dengan sering mengkonsumsi barang haram tersebut. tapi jelas sangat susah untuk menghilangkan kecanduan tersebut selama saya masih bergaul dengan teman yang salah. Saat duduk dikelas 2 SLTP, masa puber saya mulai memasuki tubuh ini. Dimana saya tertarik dengan teman sekelas sekaligus ketua kelas di kelas saya. Saya berjuang mendapatkan cinta pertama saya, namun sebelum saya mengungkapkan rasa hati ini kepadanya dia sudah memberi ultimatum kalo dia benci dengan anak berandal yang sukanya mabok. Naaaaaaahhh dari situ saya mencoba untuk berhenti melakukan hal-hal yang selama ini banyak tidak disukai orang. Terutama calon saya ini. Dengan tekad yang sangat bulat akhirnya saya terlepas dengan keadaan yang sangat liar tersebut walaupun hubungan saya dengan cinta pertama saya tidak berjalan lama. Tapi hikmahnya saya bisa belajar dengan fokus dan sungguh-sungguh. Dan saya mulai berteman dengan teman-teman yang prioritasnya belajar. Saya tidak masuk kelas pavorit saat kelas 3 sltp, namun saya bergaul dengan mereka yang berada dikelas favorit, walaupun teman-teman lama saya mencemooh saya.
Sekarang kita berbicara soal minat dan cita-cita. Cita-cita saya sedari kecil juga aneh. Banyak guru-guru tertawa jika menanyakan soal cita-cita kepada saya. Biasanya anak-anak jika ditanyakan soal cita-cita jawabannya pasti yang sangat normal, polisi, dokter, pilot, astronot dan lain sebagainya. Namun karena saya setiap pulang ke kampong halaman ibu saya selalu menggunakan bis, maka cita-cita saya dari kecil adalah seorang supir bis. Guru-guru dan teman-teman sekelas pasti tertawa jika mendengarkan cita-cita saya, tetapi saya hanya terdiam dan merasa minder di tertawakan. Ah saya tidak pernah peduli, saya akan tetap dengan pendirian pada cita-cita saya. Setelah memasuki SMU saya baru mulai meragukan cita-cita saya tersebut. Menurut penglihatan dan pembicaraan dari keluarga saya tentang menjadi supir bi situ ternyata salah. Tetangga saya ada beberapa yang menjadi seorang supir bis, rata-rata mereka mempunyai lebih dari seorang istri. Nah dari situ saya langsung skeptic dengan cita-cita saya tersebut. Sudahlah saya tidak memikirkan cita-cita, yang saya harus lakukan saat itu adalah belajar dan membanggakan orang tua. Seperti halnya di sltp, di smu pun saya sudah bekerja. Namun tidak sesering seperti di sltp, karena pembelajaran di smu lebih banyak dan lebih harus fokus untuk belajar. Sekitar kelas 2 smu awal saya mengenal dunia perfilman. Dimana paman saya bekerja di sebuah perusahaan rental kamera video di daerah gajah mada yang bernama Indomedia. Jadi setiap hari libur sekolah saya di ajak bekerja oleh paman saya untuk mengawal kamera yang disewa oleh klien untuk keperluan shooting.
Setelah lulus smu, jelas saya langsung masuk di perusahan tersebut. Tentunya bukan karyawan, namun tetap menjadi freelanch yang terikat. Jika saya mengawal kamera ya saya dibayar Rp. 50.000,-/day, jika tidak ya bengong-bengong aja di mes kantor dan bisa saja menghabiskan uang lebih dari Rp. 50.000,- untuk makan dan sebungkus rokok. Yaaahhh tapi tetap saya jalankan dengan senang hati, karena saya sangat hobi bekerja di entertaintment ini. Yang pasti menjadi pembelajaran dan petualangan untuk saya. Sekitar tahun 2005 saya mendapat project mengawal sinetron “dunia tanpa koma”. Dan saya bekerja bersama orang-orang hebat di perfilman, jelas saya tidak mau berdiam diri saja dalam produksi sinetron yang paling bergengsi ini yang di produksi oleh Sinemart. Mungkin karena kerajinan saya dalam bekerja dan tidak pernah sedikitpun saya telat, bapak Rey Supriadi yang saat itu adalah DOP dalam produksi sinetron ini, menawarkan saya untuk menjadi assistennya dan saya langsung terima. Saya banyak belajar dengan beliau, mulai dari penataan lighting, kamera, komposisi, warna dsb. Di pertengahan produksi anak didikinya yang sudah menjadi seorang DOP melirik saya dan meminta saya untuk menjadi assisten kameranya, dan saya tidak bisa menolak. Ini seperti keluar dari pantai dan masuk lubang buaya. Yosef Thomas Nugroho namanya akrab dipanggil yosef wong deso. Beliau terkenal dengan mulutnya yang kasar dan mendidik secara militer. Tidak jarang saya menangis jika sedang solat jika memikirkan saat bekerja. Guru yang satu ini mengajarkan saya sangat disiplin dan fokus dalam bekerja. Dimatanya hanya dia yang benar dan apapun yang kita kerjakan selalu salah. Dia seperti tidak pernah tidur, sangat fokus dengan kerjaannya. Dengan kekasarannya itulah saya banyak belajar, mental saya di gojlok hingga kuat menghadapi apapun. Jadi saat saya dilepas diluar saya tidak pernah takut. Karena menurut saya orang yang paling galak adlah dia. Sekitar tahun 2006 – 2007 saya menjadi seorang operator kamera, diman saya di percayakan untuk mengopret di sebuah produksi sinetron. Disinilah saya banyak belajar tetntang sebuah produksi perfilman. Saya sering berganti-ganti DOP dalam sebuah produksi, dan masing –masing DOP mempunyai cirri khas tersendiri.
Mulai ada rasa booring di perfilman, tidak sedikit produksi striping yang saya ikuti. Itu membuat saya sering terkena types dalam tiap bulannya. Saya mulai hanya mengambil produksi FTV saja. Tapi seiring itu saya selingi dengan kerjaan-kerjaan PH kecil. Seperti dokumentasi, wedding dll. Seiring berjalannya waktu saya sedikit meninggalkan dunia perfilman, saya lebih banyak mengerjakan dokumentasi dan reality show. Sepertinya jelas lebih enak mengerjakan program tv, walaupun menurut saya tidak mempunyai tantangan tetapi waktunya teratur. Itu yang membuat saya mempertimbangkan dunia tv. Oh iya lupa, di tengah-tengah transisi tersebut sekitar tahun 2008 saya menikahi dengan wanita pujaan saya yang sangat menerima dengan keadaan saya bekerja sebagai seorang freelanch. Alhamdullillah istri saya seorang yang sangat membantu dalam karir saya. Tidak sedikit keputusan kami dalam sebuah pilihan itu menjadi hikmah kami dengan baik. Sampai sekarang kami belum di karuniai seorang anak, tapi kami tetap bahagia denga kehidupan kami. Saling percaya adalah semua kuncinya.
Sekitar tahun 2009 saya bertemu dengan seorang produser metro tv. Dia mengajak saya untuk menjadi freelance cameramen di perusahaan tv berita tersebut. Ya saya jalani, walaupun saya sangat tidak mengerti dengan berita dan yang paling saya benci adalah masalah politik. Tapi mau tidak mau saya tetap jalani dan sering sekali bertemu dengan orang-orang hebat dalam bidang ini. Terutama saya bertemu dengan mantan sahabat saya, Almarhum Muhammad Soleh atau akrab dipanggil Buce. Beliau yang selalu mensuport saya untuk kuliah, namun saya menanggapinya dengan biasa saja. Saya banyak belajar dari beliau dari segi apapun. Saat itu beliau juga belajar di UMB, namun takdir menghampirinya dan beliau harus berhenti menggapai cita-citanya sebagai dosen dan menghadap yang maha kuasa. Dari situlah saya bertekad untuk meneruskan cita-cita mantan sahabat saya ini.
Jadi tetaplah belajar dimanapun, kapanpun dan di usia brapapun. Karena belajar tidak ada langitnya. Teruslah menggapai cita-cita. Terima kasih
0 komentar:
Posting Komentar