Minggu, September 29, 2013
0
oleh:
Dwi Lestari

    Seperti biasa suasana dikelas hari ini terasa ramai. Beberapa orang berkumpul membentuk kelompok-kelompok kecil untuk membahas tugas yang telah diberikan oleh dosen mata kuliah bahasa Indonesia. Beberapa sedang asik dengan gadget mereka sambil sesekali memperhatikan diskusi yang terjadi diantara anggota kelompok lain. Aku memperhatikan sekeliling ruangan, mataku tertuju pada seseorang disalah satu sudut kelas. Sekilas tak ada yang berbeda dari diri Rahmad Array Nurcholis. Pria berbadan sedikit gembul dengan model rambut seadanya itu sedang merenung, ekspresinya jelas terlihat bahwa ada sesuatu yang sedang ia fikirkan, hingga sulit baginya untuk sekedar memegang pulpen yang sejak tadi ia letakkan disela-sela binder biru bergambar naruto. Aku memang sedikit tahu bahwa ia anak yang pendiam, tak banyak kata yang keluar dari mulutnya hanya untuk bersenda gurau. Tampaknya siang ini menjadi siang yang pajang, beberapa teman satu kelompok  tampak menanyakan keadaannya yang jauh lebih pendiam dari biasanya. Dengan acuh tak acuh ia menjawab sekedarnya dan lebih memilih melanjutkan perenungan.
     Ah sudahlah, tak baik memperhatikan seseorang seperti ini, apa lagi jika sampai menduga-duga apa yang sedang ia fikirkan batinku, sambil mengusap wajah dengan kedua telapak tangan. Akupun mulai meneruskan diskusi dengan anggota kelompokku yang lain. Karena rasa kantuk yang mulai menyelimuti, akupun memohon ijin untuk pergi ketoilet dilantai 2 gedung ini kepada pak syaiful dosen bahasa Indonesia yang saat itu sedang menyampaikan sedikit materi tentang tujuan diskusi siang ini. Perlahan akupun membasuh wajah dengan sedikit demi sedikit air untuk mengusir rasa kantuk yang semakin membandel, memperhatikan pantulan wajahku dicermin sambil mengerak-gerakan mulutku seperti sedang mengikuti acara senam wajah yang selalu aku tonton disalah satu tv swasta setiap minggunya. Setelah puas membasuh wajah dengan air segar, akupun segera beranjak meninggalkan toilet agar tidak terlalu banyak materi yang tertinggal dikelas.
     Baru saja kaki ini menginjak lantai pertama diluar toilet tanpa sengaja aku melihat Rahmad Array Nurcholis atau yang biasa disapa array oleh teman-teman dekatnya berjalan terburu-buru meninggalkan toilet pria yang letaknya memang bersebelahan dengan toilet wanita. Ada yang aneh dengan kelakuannya siang ini, tanda tanya besar mengantung dalam benakku, namun semuanya kecurigaan aku tepis dengan tidak memperdulikannya. Sebuah plastik kecil terjatuh tanpa array sadari, akupun mengambilnya dan berusaha memanggil array yang saat itu nampak terburu-buru hingga tak mendengar teriakanku. Aku perhatikan plastik kecil itu dengan teliti, tampak sebuah bubuk putih halus didalam plastik transparan ini. Benda apakah ini? untuk apa array membawa benda aneh ini? Apakah ini bedak? Rasanya tidak mungkin array membawa bedak, lagi pula benda ini terlihat sedikit lebih kasar dibandingkan dengan bedak, akupun mulai menduga-duga dengan penuh selidik. Aku berniat mengembalikan benda ini saat mata kuliah terakhir selesai. Aku sangat ingin tahu benda apa yang ada dibalik plastik transparan ini.
“Ray, bisa bicara sebentar setelah kelas ini selesai?” tanyaku dengan suara datar seperti biasanya.
     Tanpa curiga sedikitpun array menjawab pertanyaanku dengan sedikit anggukan tanpa menatapku. Aneh, sungguh aneh kelakuannya saat berbicara denganku tadi, seperti ada sesuatu yang ia sembunyikan dan seolah tak ingin orang lain tahu. Aku menunggunya dibawah tangga gedung E kampus ini, tidak berapa lama arraypun mendekatiku. Tanpa basa-basi akupun menunjukan sebuah plastik transparan kecil yang tanpa sengaja terjatuh saat array meninggalkan toilet. Array Nampak terkejut dengan apa yang ada ditanganku sambil merogoh kedua saku celananya dan terlihat tidak menemukan barang yang ia cari. Akupun kembali menggenggam erat plastik kecil ini dan menanyakan bubuk putih apa yang ada didalam plastik. Array Nampak gugup dan seketika perubahan suhu tubuhnya sangatlah drastis, berkali-kali ia mengusap keringat yang mengucur dengan deras didahinya.
“Eee, itu.. itu.. bukan apa-apa, tolong kembalikan ” Array Nampak terbata-bata menjawab pertanyaan yang aku rasa sangat mudah untuk dijawab jika ia memang tidak menyembunyikan sesuatu dariku.
“Tolong jujur, benda apa ini? jika kamu bersedia menjawab dengan jujur akan aku kembalikan benda ini padamu” jelasku.
     Dengan terbata-bata akhirnya Array menceritakan yang sebenarnya bahwa ia adalah seorang kurir barang haram bernama METAMFETAMINA atau yang biasa kita dengar sebagai sabu-sabu. Bukan tanpa alasan seminggu terakhir ini Array menjalankan pekerjaan sebagai pengantar barang haram tersebut. Array adalah tulang punggung keluarga, sudah satu bulan adik perempuannya yang berusia 12 tahun mengalami sakit yang cukup parah hingga ahli medis merekomendasikan adik perempuannya itu untuk dirawat secara intensif disalah satu rumah sakit milik pemerintah. Terhalang oleh biaya dan kebutuhan selama dirumah sakit membuat Array memutuskan menerima ajakan salah satu temannya untuk menjadi kurir sabu-sabu dengan iming-iming upah yang besar bila barang haram tersebut sampai ditangan sang pembeli. Perbincangan kamipun mengalir begitu saja, tampak mata beningnya berkaca-kaca seakan menyesali perbuatannya. Akupun memberikan nasehat seadanya, bahwa apa yang ia lakukan adalah suatu kesalahan besar walaupun dengan alasan yang sangat mulia demi kesembuhan adik tercinta.
     Array berjanji padaku bahwa ini adalah pekerjaan terakhirnya mengantarkan barang haram tersebut kepada pembeli yang sudah menunggunya siang ini, ia akan mencari pekerjaan lain walaupun dengan upah yang tidak terlalu besar namun pekerjaan itu halal untuk dijalani. Tak banyak yang bisa aku lakukan untuk membantu array dan keluarganya selain doa dan sedikit tabungan yang aku miliki. Rasanya aku tak akan sanggup bila berada diposisi Array, disaat ia harus berjuang membiayai kuliahnya sendiri, muncul cobaan lain yang menuntutnya bekerja lebih keras demi kesembuhan adiknya. Tuhan memang adil, ia tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan umatnya. Cobaan yang dialami oleh Array membuatku semakin bersyukur atas apa yang terjadi dalam hidupku. Array memberikan inspirasi yang besar bagiku untuk selalu berusaha tanpa mengeluh ataupun menyusahkan orang lain. Terimakasih Array…

0 komentar:

Posting Komentar