Rabu, September 25, 2013
0
oleh Elitani Pransisca.

    Pagi ini seperti biasa Satria, mempersiapkan diri untuk memulai rutinitas sebagai karyawan di salah satu perusahaan swasta di bilangan Harmoni Jakarta. Satria memiliki tampilan fisik seperti ini : memiliki postur tubuh yang tinggi, besar dan gemuk alias bongsor, dengan perawakan muka yang tegas didukung dengan alis dan brewok-nya. Melihat postur tubuh dan raut wajah yang seperti itu membuat dia terlihat sangar dan macho. Namun jika diperhatikan dengan seksama, wajahnya terlihat imut dan menggemaskan, karena pipinya yang tembem dan gempal. Jadi bisa dikatakan dia seperti teddy bear, hahaha.
    Mandi, sudah. Pakaian, rapih. Parfum, sudah. Sepatu, sudah terpasang. Tas, sudah bertengger dipunggung. Motor Satria-F kesayangannya juga sudah siap untuk dipacu dan berangkat ! Tiba-tiba terdengan suara dari dalam rumah "nduk, nyarap dulu. Ibu udah buat nasi goreng sama susu coklat kesukaanmu!". "Iya bu" jawabnya.
    Sarapan beres dan Satria pun pamit pada ibu kesayangannya. "Hati-hati ya nduk" kata wanita separuh baya itu yang terlihat cantik dan bijak dengan kerudung yang dikenakannya. Satria barangkat dan tak lupa mengucapkan salam. Satria dan satria f melaju melintasi ibu Kota, seperempat perjalanan dia berhenti didepan sebuah rumah sederhana yang terlihat teduh. Disana sudah menunggu seorang wanita cantik, tinggi dan rambut hitam panjang terurai. Dengan rok dan kemeja sederhana yang dikenakan membuat dia terlihat lebih cantik. Sambil melambai tangan dan senyum dibibir wanita itu berkata "Ojek bang, ke harmoni ya". Satria pun tertawa renyah dan berkata sambil menyerahkan helm "Siap mbak Rona, ini helmnya. Supaya aman dan selamat".
    30 menit dalam perjalanan menuju kantor, Satria dan Rona akhirnya tiba dengan selamat. Sesampainya dikantor mereka langsung menempati meja masing-masing. Rutinitas pekerjaan dimulai... 2 jam berlalu, handphone milik Satria berdering. "Halo"katanya. Tiba-tiba raut wajahnya berubah dan tanpa basa-basi dia langsung pamit kepada atasannya dan langsung pergi meninggalkan kantor. Sekitar 45 menit ia mengendarai motornya dan sudah berada di sebuah ruangan rawat inap di RSPAD Gatot Subroto. Di ranjang pasien, ibu sudah terbaring lemas dengan infus ditanggannya. Satria langsung duduk di samping ibunya, menggenggam erat tangannya dan membelai lembut rambut ibunya tersebut.
    "Ibu anda memang memiliki riwayat asma, dan saya kira asma ibu anda bisa dikategorikan akut. Saya harap anda bisa menjaga ibu anda, agar tidak terlalu capek dan terkena udara dingin. Karena kondisinya seperti ini dan melihat ibu anda sudah berumur. Usahakan rutin minum obatnya dan berjemur di pagi hari", begitu pesan dokter sebelum ibu diperbolehkan meninggalkan rumah sakit, setelah ibu dirawat selama 5 hari.
    Hari sabtu, Satria libur dan ini adalah saatnya dia merawat ibunya. Dan dirumah, selain ibu juga ada Rona disana. Rona menemani ibu selagi Satria menyiapkan makan siang untuk ibu. "Na, ibu boleh tanya sesuatu ?" kata ibu membuka percakapan mereka berdua. "Boleh bu, ibu mau tanya apa ?" jawab Rona penasaran. "Begini, maaf kalau ibu lancang bertanya. Kamu ada hubungan apa dengan Satria ? Apa kalian pacaran ?". Raut wajah Rona terlihat kaget, ia berpikir kenapa ibu tiba-tiba bertanya seperti itu. "Tidak, bu. Kami hanya berteman baik" jawabnya tetap ramah. Ibu hanya mengangguk-angguk menaggapi jawaban Rona.
    Satria datang membawa makan siang ibu. Ibu makan ditemani Satria dan Rona. Suasana hati Rona menjadi tidak enak karena perbincangan singkat antara dia dan Ibu. Namun Satria juga merasakan ada yang berbeda dari Rona siang itu.
Saat diperjalanan pulang, Rona yang diantar Satria bertanya padanya "Sat, umur kamu kan udah 27 tahun, emang kamu gak beniat nyari istri ?". Satria heran, kenapa Rona tiba-tiba bertanya seperti itu. Seolah tahu apa yang dipikirkan Satria, Rona pun berkata lagi "Tadi ibu nanya, ke aku. Hubungan kita itu apa. Aku jawab aja kita cuma berteman baik. Kayaknya ibu udah pengen kamu nyari istri deh Sat". Satria hanya mengangguk-angguk sambil berkata "Oh..". Sisa perjalanan mereka menuju rumah Rona sore itu hanya hening dan tidak ada percakapan, keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing.
    Sebulan berlalu setelah perbincangan singkat itu. Rona menerima surat untuk pemindahan kerja di kantor cabang di Padang, Sumatera Barat. Dan sehari sebelum keberangkatan Rona pamit kepada Ibu dan Satria. "Ibu, Rona pamit. Besok Rona berangkat ke Padang untuk tugas kerja di kantor cabang di sana" katanya.
    "Berapa lama Na ?" Satria langsung menimpali "Yaelah, bu. Namanya pemindahan tempat kerja, ya pasti lama lah bu. Paling cepet juga setahun". Ibu kesal karena belum selesai bertanya sudah langsung dijawab oleh Satria, jadi ibu berkata "Ngak Na, ibu takut aja Satria jadi galau gara-gara ditinggal kamu. Bisa rindu setengah mati dia, hahahaha" Ibu dan Rona tertawa sedang Satria hanya nyengir sambil melirik penuh arti kepada ibu. Satria membalas candaan ibunya "Ah ibu mah jadul, kalau Satria kangen kan bisa telephone Rona, ya kan Na ?". Suasanya siang itu seolah mencair dengan senda gurau dari Ibu dan Satria.
    Esok paginya Rona diantar oleh Adiknya ke bandara, Satria juga ikut pengantar. "Jaga diri baik-baik ya dek, kuliah yang bener. Jangan nakal" kata Rona pada adiknya. "Sat, aku pamit ya, salam untuk ibu" lanjutnya pada Satria. "Iya nanti aku sampein, kamu juga hati-hati disana, jaga diri, jaga kesehatan". Rona mengangguk dan tersenyum menjawab perkataan Satria. Sudah saatnya untuk masuk pesawat. Rona melambaikan tangan pada adiknya dan Satria. Satria membalas lambaian tangan Rona sambil memandanginya dengan penuh arti. Rona berbalik, Satria tetap memandangi punggungnya dengan sejuta kata dalam hati yang belum sempat ia katakan. "Sampai jumpa lagi, Na.." gumamnya.

0 komentar:

Posting Komentar