Cerita Saya – Tugas
Bismillahirrahmaanirrahiim..
Nama Saya Anisa Cholifah. Lahir beberapa dekade lalu di salah satu klinik bidan dekat rumah di daerah Daan Mogot, Jakarta. Saat ini saya bekerja di salah satu perusahaan Periklanan di daerah Permata Hijau sebagai staff keuangan. Loh, kenapa orang yang pekerjaannya keuangan malah kuliah Broadcasting? Yaa.. begitulah, takdir.. hehehehe
Masa kecil saya alami di 2 tempat berbeda. Sempat tinggal di rumah nenek di kampung selama beberapa tahun, saat masuk SD sampai kelas 4, kemudian pindah lagi ke Jakarta dan belum pindah-pindah lagi sampai sekarang. Sempat hidup di 2 tempat berbeda memberi saya banyak pelajaran. Sikap tegas dan didikan keras nenek membentuk kepribadian saya sampai sekarang ini, walaupun disana cuma sebentar. Tapi semua didikan dan kenangan, perasaan jauh dari orangtua, termasuk teman-teman di kampung tidak akan pernah terlupakan. Begitupun hidup di Jakarta, banyak hal yang saya alami di sini, terutama kenyamanan karena tidak perlu berpisah lagi dari orangtua. Kenyamanan yang membuat saya merasa menjadi anak-anak yang hidupnya lengkap. Masa kecil saya cukup menyenangkan, karena saya masih kenal berbagai permainan tradisional yang di zaman sekarang sulit lagi ditemukan.
Orangtua saya Alhamdulillah masih lengkap dan sehat wal afiat, tak kurang sesuatupun. Mereka sudah bertahun-tahun hidup di sini, bekerja di sini, berbudaya di sini, meskipun sebenarnya keduanya merupakan orang Jawa. Ayah dari Kendal dan Ibu dari Wonogiri. Meskipun berbeda suku dari kebanyakan orang di daerah kami, mereka sangat bisa membaur dengan para tetangga, mengikuti budaya dan kebiasaan yang ada, sampai dialek ucapanpun kadang bisa terbawa. Walaupun kami jauh dari saudara di kampung, tapi para tetangga di sini sudah seperti saudara kedua.
Saya tumbuh sebagai orang yang tergolong punya banyak minat. Saat kecil cita-cita saya banyak, mulai mau jadi penulis, pemain piano, pelukis, dokter, sampai keliling dunia. Tetapi ada 1 hal yang masih melekat di pikiran saya, dulu saat pertama kali ditanya mau jadi apa, saya menjawab “aku mau jadi sarjana”, karena cita-cita itu saya belajar lebih giat, banyak membaca, dan begitu memperhatikan pelajaran karena saat itu Pak Guru saya berkata “kalau kamu mau jadi sarjana, kamu harus pintar. Untuk bisa pintar, kamu harus rajin membaca”, kata-kata itu berpengaruh hingga saat ini, saya masih suka membaca, karena membaca , saya memiliki minat besar untuk menulis cerita, sajak, dan puisi. Saya juga ingin mempelajari hal lain, seperti pekerjaan apa saja yang ada di balik layar film, kejadian apa dibalik laporan berita, sampai bagaimana proses pembuatan film kartun yang setiap hari masih saya tonton. Saya memiliki minat besar pada dunia penyiaran, karena itulah saya ada di sini.
Untuk bakat, saya masih belum tahu bakat dominan saya. Ada yang bilang bakat saya menulis, ada yang bilang bagus dalam presentasi, ada juga yang bilang tidak punya bakat sama sekali. Hehehe.. Saya juga masih mencari-cari. Yang jelas saya hanya berusaha melakukan apapun sebaik mungkin. Saya hanya berusaha..
Saya menyelesaikan pendidikan dasar 12 tahun tepat waktu, Alhamdulillah tidak ada yang mengulang dari SD sampai tamat dari sebuah SMK kejuruan di bilangan Slipi Jakarta. Saat SD saya sempat sekolah di 2 sekolah berbeda, SDN 03 Gemuh, Kendal sampai kelas 4 SD dilanjutkan ke SDN 01 Pagi di Jakarta. Bersekolah di SMP 132, dan kemudian meluncur sampai menamatkan sekolah kejuruan di SMK 17 Jakarta jurusan akutansi. hingga akhirnya saya mendapat kesempatan menimba ilmu di sini, Universitas Mercubuana Fakultas Ilmu Komunikasi jurusan Broadcasting.
Sejak anak-anak, dunia televisi sudah begitu menyilaukan mata saya. Dulu dengan setia menunggu-nunggu acara kartun kesayangan, hingga rasa penasaran yang muncul ketika saya melihat iklan. Setiap ada iklan baru, saya selalu perhatikan bagaimana kata yang digunakan, ekspresi wajah, hingga kemasan produk yang diiklankan. Dunia televisi begitu membuat penasaran, walaupun dulu saya belum berpikir untuk menjadikannya tujuan. Keterlibatan saya di dunia televisi sampai saat ini baru sebatas penonton dan pemerhati. Tapi saya banyak belajar dari apa yang saya tonton di televisi, budaya Negara lain, berita, termasuk belajar aksen berbicara berbagai bahasa dunia. Selama ini televisi sudah menjadi sarana hiburan dan pembelajaran, dan sekarang sudah menjadi bagian dari cita-cita saya..
Mengenai pesan moral dari apa yang saya tuturkan panjang lebar, rasanya masih banyak kekurangan. Hanya saja jika ingin sedikit berbagi, tidak ada salahnya kalau kita menjadi pribadi yang mau terus belajar dan tidak cepat puas dengan pengetahuan yang kita miliki. Karena sesungguhnya pengetahuan yang kita punya, hanya secuil bagian dari seluruh pengetahuan di dunia. Yuk kita belajar, belajar, dan belajar lagi..
0 komentar:
Posting Komentar