Minggu, September 29, 2013
0


Sebut saja Jampang. Saya bertemu dengan Si Jampang ini di mercubuana. Sebenarnya saya tidak terlalu memperhatikan dia tetapi teman saya, Indah, mengatakan bahwa Si Jampang sangat rupawan dengan kulitnya yang putih bersih, bulu jambang yang menghiasi wajahnya, rambut hitam, dibalut dengan celana jeans dan kaos yang semakin memperindah sosok ini. Setelah saya memperhatikan untuk sesaat, ternyata benar sosok ini sangat indah dipandang mata. Wajar saja jika kita memiliki ekspektasi sendiri terhadap orang yang baru kita temui. Begitu pun halnya yang terjadi dengan saya. Saya berpikiran bahwa dengan wajah serupawan itu pasti Si Jampang berkepribadian sombong, sangat pemilih dalam hal pertemanan, tidak banyak bicara dan selalu berpembawaan cool. Tapi ekspektasi hanyalah sebuah ekspektasi, dia bukanlah kenyataan. Dan ekspektasi yang saya buat sebelumnya adalah salah besar. Si Jampang bukanlah sosok yang cool, bukan seorang yang tidak banyak bicara dan bukan pula orang yang pemilih. Dia agak sedikit “gampangan” menurut saya. Gampang dibodohi, gampang dipermainkan dan gampang diajak bercanda. Apalagi candaan yang bersifat dewasa. 
 
Waktu terus berputar dan tak terasa sudah hampir 3 bulanan saya berteman dengan Si Jampang. Banyak hal yang terjadi diantara kami. Pada suatu ketika Si Jampang membuat grup di watsap dengan nama “Gembel” yang mengikutsertakan saya dan Indah. Lain halnya dengan Si Jampang yang mungkin merasa dirinya adalah gembel, saya merasa risih dengan nama grup kami. Suatu sabtu malam saya dengan Indah mengganggu Si Jampang yang sedang berpacaran dengan mengirimkan pesan-pesan yang tidak wajar. Seperti misalnya permintaan pertanggungjawaban yang  dilontarkan oleh Indah perihal kehamilan yang ditanggungnya akibat perbuatan Si Jampang. Pada awalnya Jampang masih menanggapi candaan cabul kami tapi kemudian setelah beberapa lama kami dengan sengaja menyinggung mengenai pacar dia. Kami mengejek Jampang dengan kata-kata bahwa pacarnya adalah seorang nenek-nenek renta yang sudah tidak kuat berjalan, keriput dan ompong. Pada saat itu juga dia langsung keluar dari grup kami dan secara personal mengirimkan pesan kepada saya bahwa dia marah. Hal ini membuat saya shock. Saya tidak menyangka jika Si Jampang akan marah karena selama saya mengenalnya, dia tidak pernah marah kepada saya. Lalu saya sangat merasa bersalah. Mungkin saya dan Indah melontarkan candaan yang sudah diluar batas dan dia tidak suka jika kami mengejek pacarnya. Maka saya segera meminta maaf kepada dia dan menjelaskan bahwa apa yang kami kirimkan hanyalah candaan semata. Tapi dia tidak mau mendengarkan penjelasan saya. Saya pun meminta Indah yang pada saat itu berada diluar Jakarta untuk meminta maaf juga kepada Jampang karena dia pun bersalah dalam hal ini. Jawaban Indah sangat membuat saya jengkel karena dia tidak mau meminta maaf. Dia merasa tidak akan kembali ke Jakarta dan tidak akan pernah lagi bertemu Si Jampang jadi untuk apa meminta maaf.
Hal ini malah membuat kami berdua berselisih karena saya sangat menyayangkan pemikiran Indah. Walaupun dia merasa tidak akan pernah bertemu Jampang tidak seharusnya dia lari dari tanggung jawab. Hingga beberapa hari kami tidak saling berhubungan untuk sekedar menanyakan kabar, padahal biasanya tidak pernah seharipun terlewat tanpa ada pesan dari Indah. Merasa tidak enak sendiri karena saya harus bertengkar dengan Jampang dan Indah saya pun memberanikan diri mengirim pesan kepada Jampang bahwa karena saya menyuruh Indah untuk meminta maaf kepadanya kami berdua jadi berselisih. Terungkaplah fakta disini. Jampang mengatakan bahwa marah-marahnya dia hanyalah candaan belaka. Astaga saya sudah benar-benar putus asa karena harus bertengkar dengan dirinya dan karena hal itu juga saya menjadi bertengkar dengan Indah tapi ternyata semua ini hanya akal-akalan dari Si Jampang. Sekali lagi saya merasa tidak enak kepada Indah karena sudah berselisih paham dengannya hanya karena masalah yang ternyata candaan. Akhirnya saya menjelaskan hal tersebut kepada Indah dan kamipun kembali berhubungan baik.

0 komentar:

Posting Komentar