“Menjadi anak perempuan itu sama sekali tidak menyenangkan”
Begitulah aku selalu berfikir ketika usiaku 6 tahun. Aku terlahir sebagai anak kedua dari pasangan Endang Werdiningsih dan Semu Wijaya pada tanggal 26 November 22 tahun silam. Orang tuaku memberiku nama Dwi Lestari, aku anak yang sangat aktif dan riang diantara anggota keluargaku yang lain. Mungkin karena dahulu orang tuaku sangat ingin memiliki anak laki-laki, maka aku terlahir sebagai anak yang sangat tomboy. Hampir tidak pernah aku menyentuh pakaian-pakaian yang sering dipakai oleh anak-anak perempuan sebayaku, rok dan gaun. Aku sangat nyaman dengan celana dan kaos yang membuatku dapat berlari bebas atau menaiki sepeda secara ugal-ugalan disekitar kampung rumahku. Pertemananku dengan anak laki-laki jauh lebih menyenangkan dibandingkan bermain boneka atau masak-masakan dengan teman-teman perempuan, bermain dengan mereka sangat membosankan dan tidak menarik. Sehingga pistol dan mobil-mobilan terlihat sangat keren menurut Dwi kecil dulu.
Kini aku telah beranjak dewasa dan mulai mengenal perasaan untuk menyukai lawan jenisku, sehingga sekarang aku mengalami perubahan yang cukup drastis sebagai perempuan. Mungkin karena sudah akhil balik dan muncul hormon-hormon yang membuatku jatuh hati kepada lawan jenis yang membuatku kembali kekodratku sebagai perempuan. Kini aku mulai senang berdandan dan memperhatikan penampilanku, rasanya menyenangkan juga dapat memikat lawan jenisku. Sejak lulus SMA aku sangat ingin melanjutkan pendidikanku di jenjang yang lebih tinggi, aku sangat ingin bisa langsung kuliah seperti sepupu-sepupuku lainnya yang seumuran denganku. Namun Karena saat itu sekolahku mengalami beberapa masalah teknis dalam menyelesaikan ijasah kami saat itu, maka mau tak mau aku harus menunggu beberapa saat dan mengurungkan niatku untuk segera mendaftar diuniversitas yang aku inginkan. Aku memang sangat kecewa saat aku terlambat untuk mendaftar, sehingga aku tidak dapat kuliah setelah lulus sekolah.
Namun Allah memiliki rencana lain yang lebih indah untukku, tidak lama setelah aku lulus sekolah, salah seorang saudara terdekatku mengajakku kerja disebuah restaurant Chinese bintang 5 disalah satu mall kawasan bundaran hotel Indonesia sebagai receptionist, setelah aku bekerja ternyata sangat menyenangkan dapat menghasilkan uang sendiri dan akupun lupa dengan tujuan awalku untuk kuliah. Terbuai oleh uang dan barang-barang yang dapat aku beli sesuka hati dengan uang hasil gajiku sendiri membuatku mengurungkan niat untuk dapat melanjutkan kuliah dalam waktu dekat. Namun setelah merasa jenuh dan tidak ada peningkatan dalam pekerjaanku membuatku rindu sekali dengan impianku dulu untuk melanjutkan kuliah, dengan menabung sedikit demi sedikit akupun memeberanikan diri untuk mendaftar di salah satu universitas swasta di Jakarta barat yaitu Universitas Mercu Buana.
Aku memilih jurusan broadcasting karena ingin sekali menjadi wartawan ataupun pekerjaan broadcaster-broadcaster lainnya yang menurutku sangat menarik dan menantang. Aku sangat tidak suka bekerja didalam ruangan dan hanya duduk berhadapan dengan komputer seperti pekerja kantoran kebanyakan. Aku sangat ingin memiliki pekerjaan yang menantang dan sesuai dengan minat serta hobiku. Menurut temen-temen kuliahku, aku adalah orang yang sangat ingin tahu berita-berita terbaru dari teman-temanku sehingga mereka sering menjulukiku sebagai Miss Kepo yaitu sebutan untuk sesorang yang selalu ingin tahu tentan kejadian-kejadian terbaru seputar orang-orang terdekat. Apa salahnya menjadi Miss Kepo, bukankah sebagai calon-calon jurnalis kita memang dituntut untuk aktif dan mengetahui segala sesuatu yang sedang terjadi atau dalam bahasa gaulnya “up to date”. Salah satu hobi lainku adalah menonton film-film terbaru yang ada dibioskop, walaupun tidak terlalu sering kebioskop dan terkadang hanya menonton melalui dvd bajakan yang beredar luas dan dapat aku beli dimanapun dengan harga yang terjangkau membuatku menyadari kelebihan lain yang aku miliki. Sangat mudah bagiku untuk menebak sebuah alur cerita dari film tersebut walaupun awalnya hanya menyaksikan thriller suatu film, aku juga dapat mengingat setiap adegan ataupun dialog yang dimainkan para tokoh film tersebut. Tidak heran jika aku menceritakan film tersebut kepada orang lain maka akan memakan durasi yang hampir sama dengan durasi dalam film yang aku ceritakan karena sangat detail dan panjang.
Begitulah aku selalu berfikir ketika usiaku 6 tahun. Aku terlahir sebagai anak kedua dari pasangan Endang Werdiningsih dan Semu Wijaya pada tanggal 26 November 22 tahun silam. Orang tuaku memberiku nama Dwi Lestari, aku anak yang sangat aktif dan riang diantara anggota keluargaku yang lain. Mungkin karena dahulu orang tuaku sangat ingin memiliki anak laki-laki, maka aku terlahir sebagai anak yang sangat tomboy. Hampir tidak pernah aku menyentuh pakaian-pakaian yang sering dipakai oleh anak-anak perempuan sebayaku, rok dan gaun. Aku sangat nyaman dengan celana dan kaos yang membuatku dapat berlari bebas atau menaiki sepeda secara ugal-ugalan disekitar kampung rumahku. Pertemananku dengan anak laki-laki jauh lebih menyenangkan dibandingkan bermain boneka atau masak-masakan dengan teman-teman perempuan, bermain dengan mereka sangat membosankan dan tidak menarik. Sehingga pistol dan mobil-mobilan terlihat sangat keren menurut Dwi kecil dulu.
Kini aku telah beranjak dewasa dan mulai mengenal perasaan untuk menyukai lawan jenisku, sehingga sekarang aku mengalami perubahan yang cukup drastis sebagai perempuan. Mungkin karena sudah akhil balik dan muncul hormon-hormon yang membuatku jatuh hati kepada lawan jenis yang membuatku kembali kekodratku sebagai perempuan. Kini aku mulai senang berdandan dan memperhatikan penampilanku, rasanya menyenangkan juga dapat memikat lawan jenisku. Sejak lulus SMA aku sangat ingin melanjutkan pendidikanku di jenjang yang lebih tinggi, aku sangat ingin bisa langsung kuliah seperti sepupu-sepupuku lainnya yang seumuran denganku. Namun Karena saat itu sekolahku mengalami beberapa masalah teknis dalam menyelesaikan ijasah kami saat itu, maka mau tak mau aku harus menunggu beberapa saat dan mengurungkan niatku untuk segera mendaftar diuniversitas yang aku inginkan. Aku memang sangat kecewa saat aku terlambat untuk mendaftar, sehingga aku tidak dapat kuliah setelah lulus sekolah.
Namun Allah memiliki rencana lain yang lebih indah untukku, tidak lama setelah aku lulus sekolah, salah seorang saudara terdekatku mengajakku kerja disebuah restaurant Chinese bintang 5 disalah satu mall kawasan bundaran hotel Indonesia sebagai receptionist, setelah aku bekerja ternyata sangat menyenangkan dapat menghasilkan uang sendiri dan akupun lupa dengan tujuan awalku untuk kuliah. Terbuai oleh uang dan barang-barang yang dapat aku beli sesuka hati dengan uang hasil gajiku sendiri membuatku mengurungkan niat untuk dapat melanjutkan kuliah dalam waktu dekat. Namun setelah merasa jenuh dan tidak ada peningkatan dalam pekerjaanku membuatku rindu sekali dengan impianku dulu untuk melanjutkan kuliah, dengan menabung sedikit demi sedikit akupun memeberanikan diri untuk mendaftar di salah satu universitas swasta di Jakarta barat yaitu Universitas Mercu Buana.
Aku memilih jurusan broadcasting karena ingin sekali menjadi wartawan ataupun pekerjaan broadcaster-broadcaster lainnya yang menurutku sangat menarik dan menantang. Aku sangat tidak suka bekerja didalam ruangan dan hanya duduk berhadapan dengan komputer seperti pekerja kantoran kebanyakan. Aku sangat ingin memiliki pekerjaan yang menantang dan sesuai dengan minat serta hobiku. Menurut temen-temen kuliahku, aku adalah orang yang sangat ingin tahu berita-berita terbaru dari teman-temanku sehingga mereka sering menjulukiku sebagai Miss Kepo yaitu sebutan untuk sesorang yang selalu ingin tahu tentan kejadian-kejadian terbaru seputar orang-orang terdekat. Apa salahnya menjadi Miss Kepo, bukankah sebagai calon-calon jurnalis kita memang dituntut untuk aktif dan mengetahui segala sesuatu yang sedang terjadi atau dalam bahasa gaulnya “up to date”. Salah satu hobi lainku adalah menonton film-film terbaru yang ada dibioskop, walaupun tidak terlalu sering kebioskop dan terkadang hanya menonton melalui dvd bajakan yang beredar luas dan dapat aku beli dimanapun dengan harga yang terjangkau membuatku menyadari kelebihan lain yang aku miliki. Sangat mudah bagiku untuk menebak sebuah alur cerita dari film tersebut walaupun awalnya hanya menyaksikan thriller suatu film, aku juga dapat mengingat setiap adegan ataupun dialog yang dimainkan para tokoh film tersebut. Tidak heran jika aku menceritakan film tersebut kepada orang lain maka akan memakan durasi yang hampir sama dengan durasi dalam film yang aku ceritakan karena sangat detail dan panjang.
0 komentar:
Posting Komentar